Berawal
dari malam Minggu yang sepi di rumahku. Aku duduk di depan televisi sambil
menikmati secangkir kopi susu buatan istriku. Di depanku, televisi sedang
menayangkan berita tentang korupsi di salah satu kementrian. Hmmm...korupsi
lagi, korupsi lagi. Tapi, tetap saja hal itu menarik untuk ditonton. Melihat
para koruptor yang cengar-cengir tanpa dosa di depan kamera.
Saat
sedang asyik menikmati tayangan yang ada, tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Siapa
pula yang datang bertamu di malam Minggu? Aku pun beranjak dari kursi dan
melangkah menuju pintu. Ketika kubuka pintunya, seseorang berdiri dan
mengejutkanku.
“Ayah?”
kataku tidak percaya sebab melihat ayahku berdiri di depanku.
“Halo,
Tio.” Jawab sambil langung memelukku. Kami pun berpelukan saling melepas rindu.
Selama
ini ayahku tinggal di Jayapura. Di sana dia membuka bisnis baru di
pertambangan. Selama di sana ayah tinggal sendiri, sebab ibuku sudah lama
meninggal. Kami sudah lama tidak bertemu. Seingatku, mungkin sudah lebih dari
satu tahun. Lebaran pun kami tak sempat berkunjung karena kesibukan. Oleh sebab
itu, kedatangan ayah membuatku bahagia.
“Kok
sepi? Mana Sinta?” tanya ayah sambil meletakkan tasnya di sofa.
“Dia
ada di kamar, Yah,” jawabku. “Sebentar aku panggil.”
Aku
menuju kamarku untuk memberitahu istriku kalau ayahku datang. Dan, tak lama
kemudian aku sudah kembali ke ruang tamu bersama istriku.
“Hai,
ayah!” kata istriku yang langsung mencium tangannya dan memeluknya. Ayahku dan
istriku memang sangat dekat. Seperti seorang bapak dan putrinya. Aku selalu
senang melihat pemandangan ini.
“Kok
gak bilang-bilang sih kalau mau dateng?” kata istriku.
“Iya
nih ayah,” jawabku. “Kalau gitu kan kami bisa siapin makanan kesukaan ayah.”
“Kalian
bisa kok nyiapin makanan buat ayah, karena ayah akan tinggal di sini selama
tiga minggu.”
Mendengar
jawaban ayah, kami benar-benar bahagia. Sebab di rumah ini tidak akan terlalu
sepi seperti sebelumnya.
Namun,
hal yang sebaliknya justru terjadi. Kedatangan ayahku tidak seperti yang
kuharapkan. Kedatangannya membuat malapetaka bagi rumah tanggaku. Atau, mungkin
lebih tepatnya buat diriku sendiri. Kedatangannya itu membuat hatiku hancur dan
sekaligus menguak fakta bahwa sebenarnya aku adalah laki-laki yang bodoh.
Semula
aku tidak menduga bahwa istriku akan berselingkuh dengan ayahku sendiri,
mengingat mereka berdua sudah seperti ayah dan anak. Tetapi, hal lain justru
terjadi. Mungkin istriku terpikat dengan perhatian yang diberikan oleh ayahku.
Sebab beberapa kali aku melihat mereka berdua saling bercanda. Bagiku itu
adalah hal wajar bagi kedekatan mereka berdua selama ini. Lagi pula cara mereka
bercanda masih dalam batas wajar, bagiku. Atau mungkin juga peselingkuhan itu
terjadi karena istriku terpikat dengan keadaan ayahku. Maksudku, ke arah fisik
ayah. Meski sudah berumur 50 tahun lebih, ayah masih memiliki badan yang tegap
dan kekar. Mungkin ini adalah hasil menjadi seorang atlit sepak bola semasa
mudanya. Selain itu, ayah juga memiliki paras yang menarik. Kalian pikir
darimana aku dapat wajah seperti ini kalau tidak dari orang tuaku?
Tapi,
mana yang benar aku tak tahu. Yang pasti adalah semua itu kuketahu pada suatu
malam yang dingin dan hujan.
Sekitar
pukul satu dini hari, aku terbangun dari tidurku karena suara guntur yang
begitu menggelegar. Saat kubuka mata dan melihat ke arah istriku, aku tidak
menemukan siapa-siapa di sana. Aku pun beranjak dari tempat tidur untuk
mencarinya. Aku berjalan menuju kamar mandi dan melihat tidak ada siapapun di
dalamnya. Kemana, pikirku.
Hal
ini kulakukan karena biasanya istriku selalu ketakutan setiap kali hujan
dibarengi dengan guntur dan kilat serta petir. Aku pun berinisiatif untuk ke
ruang tengah. Saat sampai, tetap saja tak kutemukan siapa-siapa. Ah, kemana
istriku? Apa mungkin sedang ke dapur? Aku pun melangkah perlahan menuju dapur.
Tapi, lagi-lagi tak kutemukan siapapun. Lalu, di mana istriku? Aku pun berpikir
untuk bertanya pada ayahku. Mungkin dia melihatnya.
Ketika
aku mendekat ke arah kamarnya, samar-sama aku mendengar suara aneh. Gegas aku
lebih mendekat ke arah pintunya. Aku menempelkan telingaku di sana. Dan, ah,
suara itu. Aku mendengar desahan suara seseorang dan sepertinya perempuan.
Hatiku seketika menjadi tak keruan. Oh, tidak. Semoga tidak seperti yang aku
pikirkan. Awalnya, aku berpikir untuk membuka pintunya saja. Namun, aku takut
tak kuat untuk melihat semuanya. Jadi, aku berinisiatif untuk mencari tahu dari
jendela kamar ayah.
Di
tengah hujan, yang untungnya sudah sedikit reda, aku berjalan ke teras samping
tempat jendela ayah. Dari jendelanya, kulihat lampu di kamarnya menyala. Ini
akan membantuku melihat yang terjadi di dalam dengan lebih jelas. Aku mendekat
ke arah jendela ayah. Beruntung dia tak menutup seluruh jendelanya dengan
gorden. Dia menyisakan sedikit celah yang cukup buatku untuk melihat ke dalam.
Ketika kuintip kejadian di dalam, aku pun sungguh dibuat terkejut dengan
pemandangan yang terpampang. Di sana, istriku tercinta, Sinta, sedang ditindih
oleh ayahku. Keduanya sama-sama telanjang. Baju mereka tercecer di lantai
kamar.
Kaki
seketika seperti tak bertulang. Aku menjadi lemas dan tak berdaya. Aku terduduk
di bawah jendela. Tak menyangka dengan semua yang kulihat. Benarkah semua itu?
Tak terasa airmataku menetes di pipi. Setelah agak lama, aku pun memilih untuk
kembali ke kamarku.
Selama
di kamar, aku hanya membolak-balik badanku, tak bisa tidur. Aku tak habis pikir
bagaimana hal itu bisa terjadi. Bagaimana istriku mengkhianatiku? Bagaimana dia
bisa tidur dengan ayahku? Dan, bagaimana ayahku bisa meminta kepuasan dari
istri anaknya? Bagaimana bisa semua itu terjadi? Tapi, yang paling tak habis
pikir olehku, bagaimana aku hanya diam saja saat melihat semuanya. Mengapa aku
tidak melabrak mereka berdua? Mengapa aku hanya bisa diam? Apa aku terlalu
takut untuk menghadapi kenyataan itu?
Tapi,
tanpa kusadari ada perasaan lain saat melihat ayahku sedang bercinta dengan
laki-laki lain. Sungguh, aku benar-benar lelaki yang bodoh.
Pagi
hari, ketika kubuka mataku aku mendapati istriku menyisir rambutnya yang masih
basah.
“Selamat
pagi, sayang.” Ucapnya saat melihatku terbangun. Aku pun menjawab sebaliknya.
Kulihat
ada rona bahagia dalam wajahnya.
***
Setelah
kejadian di malam yang hujan itu, aku tak bisa menenangkan hati dan pikiranku. Bayangan-bayangan
buruk selalu menghantuiku. Anehnya, aku tak mengungkapkan apapun pada istriku.
Aku tetap bersikap biasa padanya. Dia pun tak menunjukkan keanehan padaku
ketika bersama ayah. Mereka berdua tidak nampak canggung. Masih terlihat
seperti biasanya.
Sampai
suatu kejadian terlihat lagi olehku (entah kejadian yang keberapa). Saat itu
salah satu dokumen pekerjaanku tertinggal di rumah. Aku pun kembali ke rumah
untuk mengambilnya. Saat sampai di rumah, aku membuka pintu dan mendapatinya
tidak dikunci. Aku heran sebab istriku bilang dia akan pergi ke sebuah yayasan
bersama teman-temannya. Ayahku pun pamit untuk menemui rekan bisnisnya. Jadi,
aku heran mengapa pintu rumah tidak terkunci. Seketika hatiku kembali tak
keruan. Pikiranku pun terbang pada kejadian di malam itu. Tapi, segera aku
membuangnya sebab tak mau hal itu terjadi lagi.
Aku
perlahan memasuki ruang tamu, agar kedatanganku tidak ketahuan. Saat semakin
dekat ke ruang tengah, aku mendengar suara televisi yang sedang menyala dan
sedang diganti-ganti channel-nya. Aku
pun makin yakin kalau ada orang di rumah. Agar kedatanganku tidak ketahuan, aku
pun memilih lewat pintu belakang rumah. Jika melalui jalan itu, kedatanganku
pasti tak akan terlihat.
Aku berjalan menuju dapur yang dekat dengan ruang
tengah. Ketika sudah di dapur, benar dugaanku bahwa ada orang di dalam rumah.
Ayahku sedang duduk menonton televisi. Awalnya aku hendak menghampirinya, namun
ketika kulihat ada dua gelas di meja aku pun mengurungkan niatku. Untuk siapa
satu gelas lagi? Tak lama kemudian, pertanyaanku pun terjawan ketika kulihat
istriku keluar dari kamarku. Tunggu. Istriku....
Astaga.
Kudapati istriku keluar dengan baju tidurnya yang transparan. Dia berjalan ke
arah ayah. Dari tempatku saja, aku bisa melihat apa yang dipakai di dalamnya.
Apalagi di tempat ayahku sedang duduk. Dia pasti melihat kalau istriku hanya
memakai CD dan BH. Mengapa istriku memakai pakaian seperti itu?
Jangan-jangan....
Istriku
berdiri tepat di depan ayahku, menghalangi pandangannya pada televisi. Ayahku
pun langsung menatapnya dengan wajah ‘mupeng’. Dilihantnya dari bawah sampai
bagian atas. Istriku hanya berkacak pinggang di depannya. Tak lama kemudian,
istriku menarik tangan ayah untuk berdiri. Terlihat ayah hanya pasrah
diperlakukan begitu (semua laki-laki juga akan begitu). Lalu, meletakkannya di
pinggul istriku. Terlihat ayahku memiliki postur yang lebih tinggi. Istriku
hanya sampai di dagunya. Lama mereka saling menatap sampai akhirnya ayahku
menundukkan kepalanya dan mencium bibir istriku. Istirku pun dengan cepat
membalas lumatannya.
Mereka
saling melumat satu sama lain. Lama. Sampai akhirnya tangan mereka mulai
bergerilnya. Kulihat tangan ayah mulai membuka piama istriku. Dan istriku,
membuka kancing kemeja milik ayah. Tak butuh waktu lama untuk melihat piama
istriku jatuh ke lantai. Kini, tubuhnya hanya dibalut CD dan BH berwarna merah.
Tapi, oh tidak, CD dan BH itu yang beberap hari lalu dibeli oleh istriku. Dia
bilang ingin mengenakannya untukku. Tapi...
Kemeja
ayah pun sudah terbuka. Kini dia sudah bertelanjang dada. Tangannya
meremas-remas payudara istriku sambil mulutnya menyusuri leher jenjang istriku.
Sementara itu, istriku terlihat meraba-raba bagian selakangan ayah. Dia
mengelus-elusnya dan mulai mencoba membuka ikat pinggannya. Ayahku meraih
kaitan BH istriku dan tak lama kemudian jatuhlah pembungkus payudara itu ke
lantai. Yang tertinggal hanyalah CD seksinya. Tak kuduga penisku pun mulai
tegang melihat adegan itu.
Kulihat
saat ini ayahku sudah hanya mengenakan CD berwarna putih. Entah kapan celana
panjangnya terlepas. Kulihat gundukan besar di balik CD-nya itu. Kini dia sudah
mulai melahap payudara istriku secara bergantian. Istriku memegang kepalanya,
mengelus-elus rambutnya. Setelah agak lama ayah menghentikan adegan itu. Kini
dia menyuruh istriku untuk duduk di sofa. Ketika sudah dalam posisi duduk,
ayahku membuka kaki istriku. Dia mengangkangkannya dan mulai meraba bagian
vaginanya. Wajah istriku pun dengan cepat berubah. Dia hanya menengadah dan
mulai menikmati sensasi tersebut. Setelah membelai-belai vaginanya, ayah mulai
mendekatkan mulutnya ke selangkangan istriku. Dia mulai melahap liang senggama
istriku dari balik CD-nya. Aku melihat istriku mulai menggoyang-goyangkan
pinggulnya. Tanda dia memberikan respon atas perlakuan ayah. Tangannya juga
meraih kepala ayah. Sementara wajahnya tetap menengadah dengan mata terpejam.
Tak
beberapa lama, ayahku menurunkan CD istriku dan membuanganya begitu saja. Kini,
terpampanglah tubuh istriku di depannya. Dia kembali membuka kaki istirku dan
langsung melahap vaginanya. Kulihat istriku menggingit bibirnya untuk menahan
agar dia tak mendesa yang akan menimbulkan suara. Gerakan pinggulnya makin
cepat. Mungkin karena ayah makin buas memainkan lidah di vaginanya. Atau,
klitorisnya mulai digigit kecil oleh ayahku.
Penisku
makin tegang. Rasanya aku ingin mengeluarkannya dan mulai bermasturbasi. Tapi,
aku tetap menahannya saja. Situasinya tidak memungkinkan.
Setelah
cukup lama melahap vagina, kini ayah berdiri. Istriku langsung meraih CD ayah.
Astaga, adegannya benar-benar seperti bintang film dewasa. Awalnya dia mengelus
gundukan besar milik ayah. Dia menciuminya juga. Sampai akhirnya, tangannya
menarik CD itu ke bawah dan mencuatlah penis besar ayah. Aku tidak menyangka
penis ayah begitu gagah. Kini aku tahu dari mana aku bisa memiliki ukuran penis
yang besar. Tapi, miliki ayah lebih besar dariku, kurasa.
Tangan
istirku langsung menagkapnya dan mulai mengocoknya. Awalnya dia menjilati
bagian kepala penis itu sampai akhirnya dia mulai memasukkannya ke dalam mulut.
Dia menjilati seluruh bagian penis ayah. Termasuk buah zakar yang menggantung
indah dengan bulu yang cukup lebat. Lalu, dia memasuk-keluarkan penisnya dalam
mulut. Ayah pun ikut memaju mundurkan pantatnya. Mula-mula dengan gerakan
lambat. Dan, makin lama makin cepat. Sampai akhirnya, ayah memilih membangunkan
istriku dan langsung menggendongnya.
Aku
sempat khawatir saat melihat ayah mulai melangkah. Takutnya dia berjalan menuju
dapur. Tetapi, dia membelok arah menuju kamarku. Aku pun merasa lega. Setelah
memastikan ayah sudah berada di dalam kamar, aku berpindah ke samping rumah
untuk mengintipnya lagi. Dengan hati-hati aku mencari posisi yang pas untuk
melihat semuanya.
Setelah
kurasa nyaman, kembali kulihat ayah sudah menindih istriku. Kaki istriku sudah
mengangkang dan ayah berada di tengahnya dengan gerakan pantat yang naik turun.
Kulihat tangan istriku memeluk ayah dengan erat. Kini desahan dari mulut mereka
sudah terdengar. Ayahku menunduk dan melahap payudara istriku sambil tetap menindihnya.
Aku merasa sudah tidak tahan untuk bermasturbasi. Aku pun mengeluarkan penisku
dan mulai mengocoknya.
Ayah
terus menggenjot istriku dengan makin cepat. Dan, kulihat istriku pun mulai
mengimbanginya. Pinggulnya juga mulai mengikuti irama hentakan penis ayah.
Desahan-desahan mereka juga makin keras terdengar.
Setelah
cukup lama, kulihat ayah menarik penisnya dari vagina istriku. Kini dia giliran
dia yang berbaring. Kulihat penisnya tegak mengacung ke atas. Aku menduga
mereka akan mencoba posisi women on top.
Dan, benar dugaanku. Istriku langsung duduk di atas selangkangan ayah dan
memasukkan penisnya ke dalam liang senggamanya. Istriku mulai melakukan gerakan
naik turun. Pelan dan sampai akhirnya semakin cepat. Sejalan dengan itu, mereka
terdengar meracau tak keruan.
Tangan
ayah tidak tinggal diam. Dia meraih payudara milik istriku meramasnya. Sesekali
kulihat istriku menggoyang pinggulnya untuk memberikan sensasi kenikmatan yang
lebih untuk ayahku. Aku makin bernafsu melihat adegan seperti itu. Kocokanku di
penisku pun makin cepat.
Tak
beberapa lama, aku melihat mereka sudah mengganti gayanya lagi. Kini kudapati
istriku menungging di hadapan ayah. Doggie
style, aku tahu. Ayahku pun langsung mengarahkan penisnya ke vagina
istriku. Aku sendiri paling suka dengan gaya ini karena vagina akan terasa
lebih sempit.
Ayahku
mulai memajumundurkan pinggulnya dengan perlahan. Kulihat istriku hanya
memejamkan mata. Dia menikmati sensasi vaginanya ditembus oleh vagina perkasa
milik ayah. Gerakan ayah pun semakin cepat. Pinggulnya maju mundur dengan
semakin cepat. Aku merasa dia akan mencapai puncaknya. Tapi, ternyata tidak.
Dia malah kembali mengganti gaya dengan posisi awal. Ayah kembali menindih
istriku dan mulai menggenjotnya. Dia langsung melakukannya dengan keras.
Ketika
semakin cepat, kulihat istriku akan mencapai puncaknya. Tangannya menggenggam
seprai dan matanya memejam. Tak beberapa lama, kulihat pinggulnya
bergetar-getar. Istriku telah mencapai kepuasan dengan laki-laki lain.
Sementara itu, ayahku masih terus menggenjotnya dengan cepat. Mungkin dia akan
sampai sebentar lagi. Kurasa aku juga hampir sampai. Maka, aku makin
mempercepat kocokanku sampai akhirnya....crot..crot..crot. Aku orgasme.
Aku
melihat kembali ke dalam kamar. Dan kudapati ayahku membenamkan penisnya
dalam-dalam, aku menduga dia telah orgasme. Dan, dia menumpahkan spermanya di
dalam vagina istriku.
***
Sejak
kejadian siang itu, aku makin sering memergoki persetubuhan mereka. Setidaknya
sebanyak tiga kali. Pertama, aku melihat mereka bercinta di dapur ketika tengah
malam dalam keremangan lampu. Kedua, mereka bercinta di depan televisi sambil
memutar film dewasa. Ketiga, yang kurasa paling ekstrim, kudapati mereka
bercinta di halaman belakang rumah saat tengah malam.
Lima
kali aku melihat mereka berselingkuh di belakangku. Atau, mungkin ada lagi yang
tak kulihat sebab mereka pernah keluar berdua. Entahlah. Yang pasti aku tetap
merasakan cinta pada istriku. Aku tidak bisa meninggalkannya.
Setelah
tiga minggu di rumah, ayah pun pulang kembali ke Jayapura. Dan, kuharap kejadian ini tidak terulang lagi. Semoga menjadi yang terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar