Jumat, 18 Desember 2015

Tiga Perselingkuhan Istriku: Mertua Perkasa


Berawal dari malam Minggu yang sepi di rumahku. Aku duduk di depan televisi sambil menikmati secangkir kopi susu buatan istriku. Di depanku, televisi sedang menayangkan berita tentang korupsi di salah satu kementrian. Hmmm...korupsi lagi, korupsi lagi. Tapi, tetap saja hal itu menarik untuk ditonton. Melihat para koruptor yang cengar-cengir tanpa dosa di depan kamera.

Saat sedang asyik menikmati tayangan yang ada, tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Siapa pula yang datang bertamu di malam Minggu? Aku pun beranjak dari kursi dan melangkah menuju pintu. Ketika kubuka pintunya, seseorang berdiri dan mengejutkanku.

“Ayah?” kataku tidak percaya sebab melihat ayahku berdiri di depanku.

“Halo, Tio.” Jawab sambil langung memelukku. Kami pun berpelukan saling melepas rindu.


Selama ini ayahku tinggal di Jayapura. Di sana dia membuka bisnis baru di pertambangan. Selama di sana ayah tinggal sendiri, sebab ibuku sudah lama meninggal. Kami sudah lama tidak bertemu. Seingatku, mungkin sudah lebih dari satu tahun. Lebaran pun kami tak sempat berkunjung karena kesibukan. Oleh sebab itu, kedatangan ayah membuatku bahagia.

“Kok sepi? Mana Sinta?” tanya ayah sambil meletakkan tasnya di sofa.

“Dia ada di kamar, Yah,” jawabku. “Sebentar aku panggil.”

Aku menuju kamarku untuk memberitahu istriku kalau ayahku datang. Dan, tak lama kemudian aku sudah kembali ke ruang tamu bersama istriku.

“Hai, ayah!” kata istriku yang langsung mencium tangannya dan memeluknya. Ayahku dan istriku memang sangat dekat. Seperti seorang bapak dan putrinya. Aku selalu senang melihat pemandangan ini.

“Kok gak bilang-bilang sih kalau mau dateng?” kata istriku.

“Iya nih ayah,” jawabku. “Kalau gitu kan kami bisa siapin makanan kesukaan ayah.”

“Kalian bisa kok nyiapin makanan buat ayah, karena ayah akan tinggal di sini selama tiga minggu.”

Mendengar jawaban ayah, kami benar-benar bahagia. Sebab di rumah ini tidak akan terlalu sepi seperti sebelumnya.

Namun, hal yang sebaliknya justru terjadi. Kedatangan ayahku tidak seperti yang kuharapkan. Kedatangannya membuat malapetaka bagi rumah tanggaku. Atau, mungkin lebih tepatnya buat diriku sendiri. Kedatangannya itu membuat hatiku hancur dan sekaligus menguak fakta bahwa sebenarnya aku adalah laki-laki yang bodoh.

Semula aku tidak menduga bahwa istriku akan berselingkuh dengan ayahku sendiri, mengingat mereka berdua sudah seperti ayah dan anak. Tetapi, hal lain justru terjadi. Mungkin istriku terpikat dengan perhatian yang diberikan oleh ayahku. Sebab beberapa kali aku melihat mereka berdua saling bercanda. Bagiku itu adalah hal wajar bagi kedekatan mereka berdua selama ini. Lagi pula cara mereka bercanda masih dalam batas wajar, bagiku. Atau mungkin juga peselingkuhan itu terjadi karena istriku terpikat dengan keadaan ayahku. Maksudku, ke arah fisik ayah. Meski sudah berumur 50 tahun lebih, ayah masih memiliki badan yang tegap dan kekar. Mungkin ini adalah hasil menjadi seorang atlit sepak bola semasa mudanya. Selain itu, ayah juga memiliki paras yang menarik. Kalian pikir darimana aku dapat wajah seperti ini kalau tidak dari orang tuaku?

Tapi, mana yang benar aku tak tahu. Yang pasti adalah semua itu kuketahu pada suatu malam yang dingin dan hujan.

Sekitar pukul satu dini hari, aku terbangun dari tidurku karena suara guntur yang begitu menggelegar. Saat kubuka mata dan melihat ke arah istriku, aku tidak menemukan siapa-siapa di sana. Aku pun beranjak dari tempat tidur untuk mencarinya. Aku berjalan menuju kamar mandi dan melihat tidak ada siapapun di dalamnya. Kemana, pikirku.

Hal ini kulakukan karena biasanya istriku selalu ketakutan setiap kali hujan dibarengi dengan guntur dan kilat serta petir. Aku pun berinisiatif untuk ke ruang tengah. Saat sampai, tetap saja tak kutemukan siapa-siapa. Ah, kemana istriku? Apa mungkin sedang ke dapur? Aku pun melangkah perlahan menuju dapur. Tapi, lagi-lagi tak kutemukan siapapun. Lalu, di mana istriku? Aku pun berpikir untuk bertanya pada ayahku. Mungkin dia melihatnya.

Ketika aku mendekat ke arah kamarnya, samar-sama aku mendengar suara aneh. Gegas aku lebih mendekat ke arah pintunya. Aku menempelkan telingaku di sana. Dan, ah, suara itu. Aku mendengar desahan suara seseorang dan sepertinya perempuan. Hatiku seketika menjadi tak keruan. Oh, tidak. Semoga tidak seperti yang aku pikirkan. Awalnya, aku berpikir untuk membuka pintunya saja. Namun, aku takut tak kuat untuk melihat semuanya. Jadi, aku berinisiatif untuk mencari tahu dari jendela kamar ayah.

Di tengah hujan, yang untungnya sudah sedikit reda, aku berjalan ke teras samping tempat jendela ayah. Dari jendelanya, kulihat lampu di kamarnya menyala. Ini akan membantuku melihat yang terjadi di dalam dengan lebih jelas. Aku mendekat ke arah jendela ayah. Beruntung dia tak menutup seluruh jendelanya dengan gorden. Dia menyisakan sedikit celah yang cukup buatku untuk melihat ke dalam. Ketika kuintip kejadian di dalam, aku pun sungguh dibuat terkejut dengan pemandangan yang terpampang. Di sana, istriku tercinta, Sinta, sedang ditindih oleh ayahku. Keduanya sama-sama telanjang. Baju mereka tercecer di lantai kamar.

Kaki seketika seperti tak bertulang. Aku menjadi lemas dan tak berdaya. Aku terduduk di bawah jendela. Tak menyangka dengan semua yang kulihat. Benarkah semua itu? Tak terasa airmataku menetes di pipi. Setelah agak lama, aku pun memilih untuk kembali ke kamarku.

Selama di kamar, aku hanya membolak-balik badanku, tak bisa tidur. Aku tak habis pikir bagaimana hal itu bisa terjadi. Bagaimana istriku mengkhianatiku? Bagaimana dia bisa tidur dengan ayahku? Dan, bagaimana ayahku bisa meminta kepuasan dari istri anaknya? Bagaimana bisa semua itu terjadi? Tapi, yang paling tak habis pikir olehku, bagaimana aku hanya diam saja saat melihat semuanya. Mengapa aku tidak melabrak mereka berdua? Mengapa aku hanya bisa diam? Apa aku terlalu takut untuk menghadapi kenyataan itu?

Tapi, tanpa kusadari ada perasaan lain saat melihat ayahku sedang bercinta dengan laki-laki lain. Sungguh, aku benar-benar lelaki yang bodoh.

Pagi hari, ketika kubuka mataku aku mendapati istriku menyisir rambutnya yang masih basah.

“Selamat pagi, sayang.” Ucapnya saat melihatku terbangun. Aku pun menjawab sebaliknya.

Kulihat ada rona bahagia dalam wajahnya.
***

Setelah kejadian di malam yang hujan itu, aku tak bisa menenangkan hati dan pikiranku. Bayangan-bayangan buruk selalu menghantuiku. Anehnya, aku tak mengungkapkan apapun pada istriku. Aku tetap bersikap biasa padanya. Dia pun tak menunjukkan keanehan padaku ketika bersama ayah. Mereka berdua tidak nampak canggung. Masih terlihat seperti biasanya.

Sampai suatu kejadian terlihat lagi olehku (entah kejadian yang keberapa). Saat itu salah satu dokumen pekerjaanku tertinggal di rumah. Aku pun kembali ke rumah untuk mengambilnya. Saat sampai di rumah, aku membuka pintu dan mendapatinya tidak dikunci. Aku heran sebab istriku bilang dia akan pergi ke sebuah yayasan bersama teman-temannya. Ayahku pun pamit untuk menemui rekan bisnisnya. Jadi, aku heran mengapa pintu rumah tidak terkunci. Seketika hatiku kembali tak keruan. Pikiranku pun terbang pada kejadian di malam itu. Tapi, segera aku membuangnya sebab tak mau hal itu terjadi lagi.

Aku perlahan memasuki ruang tamu, agar kedatanganku tidak ketahuan. Saat semakin dekat ke ruang tengah, aku mendengar suara televisi yang sedang menyala dan sedang diganti-ganti channel-nya. Aku pun makin yakin kalau ada orang di rumah. Agar kedatanganku tidak ketahuan, aku pun memilih lewat pintu belakang rumah. Jika melalui jalan itu, kedatanganku pasti tak akan terlihat.

Aku berjalan menuju dapur yang dekat dengan ruang tengah. Ketika sudah di dapur, benar dugaanku bahwa ada orang di dalam rumah. Ayahku sedang duduk menonton televisi. Awalnya aku hendak menghampirinya, namun ketika kulihat ada dua gelas di meja aku pun mengurungkan niatku. Untuk siapa satu gelas lagi? Tak lama kemudian, pertanyaanku pun terjawan ketika kulihat istriku keluar dari kamarku. Tunggu. Istriku....

Astaga. Kudapati istriku keluar dengan baju tidurnya yang transparan. Dia berjalan ke arah ayah. Dari tempatku saja, aku bisa melihat apa yang dipakai di dalamnya. Apalagi di tempat ayahku sedang duduk. Dia pasti melihat kalau istriku hanya memakai CD dan BH. Mengapa istriku memakai pakaian seperti itu? Jangan-jangan....

Istriku berdiri tepat di depan ayahku, menghalangi pandangannya pada televisi. Ayahku pun langsung menatapnya dengan wajah ‘mupeng’. Dilihantnya dari bawah sampai bagian atas. Istriku hanya berkacak pinggang di depannya. Tak lama kemudian, istriku menarik tangan ayah untuk berdiri. Terlihat ayah hanya pasrah diperlakukan begitu (semua laki-laki juga akan begitu). Lalu, meletakkannya di pinggul istriku. Terlihat ayahku memiliki postur yang lebih tinggi. Istriku hanya sampai di dagunya. Lama mereka saling menatap sampai akhirnya ayahku menundukkan kepalanya dan mencium bibir istriku. Istirku pun dengan cepat membalas lumatannya.

Mereka saling melumat satu sama lain. Lama. Sampai akhirnya tangan mereka mulai bergerilnya. Kulihat tangan ayah mulai membuka piama istriku. Dan istriku, membuka kancing kemeja milik ayah. Tak butuh waktu lama untuk melihat piama istriku jatuh ke lantai. Kini, tubuhnya hanya dibalut CD dan BH berwarna merah. Tapi, oh tidak, CD dan BH itu yang beberap hari lalu dibeli oleh istriku. Dia bilang ingin mengenakannya untukku. Tapi...

Kemeja ayah pun sudah terbuka. Kini dia sudah bertelanjang dada. Tangannya meremas-remas payudara istriku sambil mulutnya menyusuri leher jenjang istriku. Sementara itu, istriku terlihat meraba-raba bagian selakangan ayah. Dia mengelus-elusnya dan mulai mencoba membuka ikat pinggannya. Ayahku meraih kaitan BH istriku dan tak lama kemudian jatuhlah pembungkus payudara itu ke lantai. Yang tertinggal hanyalah CD seksinya. Tak kuduga penisku pun mulai tegang melihat adegan itu.

Kulihat saat ini ayahku sudah hanya mengenakan CD berwarna putih. Entah kapan celana panjangnya terlepas. Kulihat gundukan besar di balik CD-nya itu. Kini dia sudah mulai melahap payudara istriku secara bergantian. Istriku memegang kepalanya, mengelus-elus rambutnya. Setelah agak lama ayah menghentikan adegan itu. Kini dia menyuruh istriku untuk duduk di sofa. Ketika sudah dalam posisi duduk, ayahku membuka kaki istriku. Dia mengangkangkannya dan mulai meraba bagian vaginanya. Wajah istriku pun dengan cepat berubah. Dia hanya menengadah dan mulai menikmati sensasi tersebut. Setelah membelai-belai vaginanya, ayah mulai mendekatkan mulutnya ke selangkangan istriku. Dia mulai melahap liang senggama istriku dari balik CD-nya. Aku melihat istriku mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya. Tanda dia memberikan respon atas perlakuan ayah. Tangannya juga meraih kepala ayah. Sementara wajahnya tetap menengadah dengan mata terpejam.

Tak beberapa lama, ayahku menurunkan CD istriku dan membuanganya begitu saja. Kini, terpampanglah tubuh istriku di depannya. Dia kembali membuka kaki istirku dan langsung melahap vaginanya. Kulihat istriku menggingit bibirnya untuk menahan agar dia tak mendesa yang akan menimbulkan suara. Gerakan pinggulnya makin cepat. Mungkin karena ayah makin buas memainkan lidah di vaginanya. Atau, klitorisnya mulai digigit kecil oleh ayahku.

Penisku makin tegang. Rasanya aku ingin mengeluarkannya dan mulai bermasturbasi. Tapi, aku tetap menahannya saja. Situasinya tidak memungkinkan.

Setelah cukup lama melahap vagina, kini ayah berdiri. Istriku langsung meraih CD ayah. Astaga, adegannya benar-benar seperti bintang film dewasa. Awalnya dia mengelus gundukan besar milik ayah. Dia menciuminya juga. Sampai akhirnya, tangannya menarik CD itu ke bawah dan mencuatlah penis besar ayah. Aku tidak menyangka penis ayah begitu gagah. Kini aku tahu dari mana aku bisa memiliki ukuran penis yang besar. Tapi, miliki ayah lebih besar dariku, kurasa.

Tangan istirku langsung menagkapnya dan mulai mengocoknya. Awalnya dia menjilati bagian kepala penis itu sampai akhirnya dia mulai memasukkannya ke dalam mulut. Dia menjilati seluruh bagian penis ayah. Termasuk buah zakar yang menggantung indah dengan bulu yang cukup lebat. Lalu, dia memasuk-keluarkan penisnya dalam mulut. Ayah pun ikut memaju mundurkan pantatnya. Mula-mula dengan gerakan lambat. Dan, makin lama makin cepat. Sampai akhirnya, ayah memilih membangunkan istriku dan langsung menggendongnya.

Aku sempat khawatir saat melihat ayah mulai melangkah. Takutnya dia berjalan menuju dapur. Tetapi, dia membelok arah menuju kamarku. Aku pun merasa lega. Setelah memastikan ayah sudah berada di dalam kamar, aku berpindah ke samping rumah untuk mengintipnya lagi. Dengan hati-hati aku mencari posisi yang pas untuk melihat semuanya.

Setelah kurasa nyaman, kembali kulihat ayah sudah menindih istriku. Kaki istriku sudah mengangkang dan ayah berada di tengahnya dengan gerakan pantat yang naik turun. Kulihat tangan istriku memeluk ayah dengan erat. Kini desahan dari mulut mereka sudah terdengar. Ayahku menunduk dan melahap payudara istriku sambil tetap menindihnya. Aku merasa sudah tidak tahan untuk bermasturbasi. Aku pun mengeluarkan penisku dan mulai mengocoknya.

Ayah terus menggenjot istriku dengan makin cepat. Dan, kulihat istriku pun mulai mengimbanginya. Pinggulnya juga mulai mengikuti irama hentakan penis ayah. Desahan-desahan mereka juga makin keras terdengar.

Setelah cukup lama, kulihat ayah menarik penisnya dari vagina istriku. Kini dia giliran dia yang berbaring. Kulihat penisnya tegak mengacung ke atas. Aku menduga mereka akan mencoba posisi women on top. Dan, benar dugaanku. Istriku langsung duduk di atas selangkangan ayah dan memasukkan penisnya ke dalam liang senggamanya. Istriku mulai melakukan gerakan naik turun. Pelan dan sampai akhirnya semakin cepat. Sejalan dengan itu, mereka terdengar meracau tak keruan.

Tangan ayah tidak tinggal diam. Dia meraih payudara milik istriku meramasnya. Sesekali kulihat istriku menggoyang pinggulnya untuk memberikan sensasi kenikmatan yang lebih untuk ayahku. Aku makin bernafsu melihat adegan seperti itu. Kocokanku di penisku pun makin cepat.

Tak beberapa lama, aku melihat mereka sudah mengganti gayanya lagi. Kini kudapati istriku menungging di hadapan ayah. Doggie style, aku tahu. Ayahku pun langsung mengarahkan penisnya ke vagina istriku. Aku sendiri paling suka dengan gaya ini karena vagina akan terasa lebih sempit.

Ayahku mulai memajumundurkan pinggulnya dengan perlahan. Kulihat istriku hanya memejamkan mata. Dia menikmati sensasi vaginanya ditembus oleh vagina perkasa milik ayah. Gerakan ayah pun semakin cepat. Pinggulnya maju mundur dengan semakin cepat. Aku merasa dia akan mencapai puncaknya. Tapi, ternyata tidak. Dia malah kembali mengganti gaya dengan posisi awal. Ayah kembali menindih istriku dan mulai menggenjotnya. Dia langsung melakukannya dengan keras.

Ketika semakin cepat, kulihat istriku akan mencapai puncaknya. Tangannya menggenggam seprai dan matanya memejam. Tak beberapa lama, kulihat pinggulnya bergetar-getar. Istriku telah mencapai kepuasan dengan laki-laki lain. Sementara itu, ayahku masih terus menggenjotnya dengan cepat. Mungkin dia akan sampai sebentar lagi. Kurasa aku juga hampir sampai. Maka, aku makin mempercepat kocokanku sampai akhirnya....crot..crot..crot. Aku orgasme.

Aku melihat kembali ke dalam kamar. Dan kudapati ayahku membenamkan penisnya dalam-dalam, aku menduga dia telah orgasme. Dan, dia menumpahkan spermanya di dalam vagina istriku.

***

Sejak kejadian siang itu, aku makin sering memergoki persetubuhan mereka. Setidaknya sebanyak tiga kali. Pertama, aku melihat mereka bercinta di dapur ketika tengah malam dalam keremangan lampu. Kedua, mereka bercinta di depan televisi sambil memutar film dewasa. Ketiga, yang kurasa paling ekstrim, kudapati mereka bercinta di halaman belakang rumah saat tengah malam.

Lima kali aku melihat mereka berselingkuh di belakangku. Atau, mungkin ada lagi yang tak kulihat sebab mereka pernah keluar berdua. Entahlah. Yang pasti aku tetap merasakan cinta pada istriku. Aku tidak bisa meninggalkannya.

Setelah tiga minggu di rumah, ayah pun pulang kembali ke Jayapura. Dan, kuharap kejadian ini tidak terulang lagi. Semoga menjadi yang terakhir.
           

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar