Mungkin aku adalah salah satu laki-laki bodoh
yang ada di dunia. Mengapa aku berkata demikian? Sebab meski beberapa kali
istriku mengkhianatiku, aku masih tetap saja tak bisa pergi darinya. Bagi orang
yang menjunjung tinggi apa itu yang disebut ‘cinta’, mungkin aku layak untuk
disebut ‘pecinta sejati’. Namun, bagi orang lain mungkin aku hanya laki-laki
bodoh yang terlalu mencintai seorang wanita. Bahkan, ketika diselingkuhi pun
aku hanya diam saja. Bodoh, bukan?
Tapi, biarlah orang berpendapat apapun
mengenai diriku. Aku memang benar-benar masih mencintai istriku. Dan, cerita
ini adalah tentang bagaimana terjadinya perselingkuhan yang kumaksud.
Perselingkuhan yang dilakukan oleh istriku dengan tiga laki-laki (tidak
sekaligus tentunya).
***
Cerita ini berawal dari seorang teman lama
yang tiba-tiba datang padaku. Sebut saja namanya Aldi. Dia adalah teman semasa
kuliah di Bandung dulu. Dia tiba-tiba menghubungiku dan berkata ingin bertemu
karena ada hal penting yang harus dia ceritakan padaku. Maka, kami pun duduk
dalam satu meja di sebuah cafe dekat rumahku.
“Jadi, apa yang ingi kau ceritakan, Al?”
tanyaku.
“Pertama-tama, aku ingin memintamu untuk tidak
terpancing emosi dulu. Dengarkan dulu semua ceritaku sampai tuntas, barulah kau
boleh berbicara.”
Aneh. Masalah apa sebenarnya?
“Baiklah kalu
begitu,” jawab Aldi. Lalu dia mengutak-atik iPhone-nya.
Dan tak beberapa lama menunjukkan sebuah foto padaku. “Apakah ini istrimu?”
Kulihat foto itu
adalah istriku. “Benar. Kenapa kamu pu-”
Aldi meletakkan satu
jarinya di depan mulutnya. “Aku menyimpan rahasia tentang istrimu.”
“Rahasia? Rahasia
apa?”
“Tiga hari yang
lalu, seorang teman laki-laki datang ke tempatku. Dia seorang tentara. Dia
datang bersama seorang wanita. Saat kulihat wanita itu aku pun langsung
mengenalinya. Wanita itu adalah istrimu. Tetapi, karena kita tidak pernah
bertemu sebelumnya, jadi dia tidak mengenaliku.”
“Lalu, apa
maksudmu?” tanyaku heran.
“Sebelum datang ke
rumah, temanku itu sempat bilang bahwa akan membawa seorang wanita. Dan, dia
ingin meminjam satu kamar untuknya dan wanita itu.”
“Tunggu. Tunggu.”
Jawabku makin tak mengerti. “Maksudmu,
wanita itu adalah istriku dan laki-laki itu membawa istriku agar bisa satu
kamar dengannya?”
Aldi mengangguk.
Aku tertawa. “Aldi,
kau jangan bercanda. Kau pasti salah. Tiga hari yang lalu istriku pergi dan
tidak ke tempatmu, Bandung. Dia pergi ke Bogor.”
“Apa kau yakin dia
benar-benar pergi ke Bogor?”
Aku terdiam sejenak.
Sebenarnya, aku tidak yakin. “Tapi, mana mungkin istriku selingkuh. Aku tidak
percaya.”
“Kau harus percaya,
Tio.”
“Alasannya?”
Aldi mengambil
sesuatu dari tasnya. “Ini,” katanya sambil menunjukkan satu keping CD padaku.
“Apa itu?”
“Semula, sebelum aku
tahu bahwa wanita yang akan diajak temanku adalah istrimu, aku berencana ingin
merekam apa yang mereka lakukan dalam kamar. Makanya aku menaruh sebuah handycam di sudut ruangan. Tetapi, saat
aku tahu wanita yang dibawa adalah istrimu, aku melupakan soal handycam. Aku baru ingat ketika mereka
sudah pamit pulang padaku.”
Tiba-tiba aku
menjadi tidak keruan. Hatiku rasanya mulai disayat perlahan.
“Kalau kau belum
percaya, silakan lihat apa isi dari CD ini. Semuanya akan jelas.” Aldi beranjak
dari tempat duduknya. “Aku hanya ingin membantumu. Kau teman baikku, Tio.”
Aku meraih CD itu.
“Aldi, kalau memang benar apa yang kamu katakan, bagaimana dengan isi CD ini?”
“Tenang. Aku tidak
punya salinannya. Jadi, kau tidak usah khawatir.”
Aku mengangguk
pelan. “Terima kasih, Al.”
***
Sungguh berat
rasanya mendapat kenyataan demikian. Meski aku belum tahu itu kabar itu benar
atau tidak, tetap saja membuatku merasa tidak enak. Segalanya berdampak pada
pekerjaanku. Aku menjadi tidak konsentrasi lagi terhadap apa yang aku kerjakan.
Pikiranku tak pernah bisa lepas dari isi CD itu. Bagaimana jika semua yang
dikatakan Aldi benar? Siapkah aku untuk melihatnya? Atau lebih tepatnya,
kuatkah aku?
Setiap hari aku
selalu mengamati tingkah laku istriku. Kulihat adakah yang berbeda darinya.
Biasanya orang yang menjalin hubungan dengan orang lain, ada tingkahnya yang
akan sedikit berubah. Namun, hal itu tidak kulihat dari Sinta, istriku.
“Ma, saat kamu ke
Bogor kemarin, kau pergi bersama siapa saja?” Aku coba memancingnya. Akan
kulihat bagaimana dia menjawab pertanyaan itu. Jika benar dia ke Bandung, dia
pasti akan gelagapan dan kebingungan.
“Dengan Tina, pa.”
Jawabnya dengan begitu tenang. “Memangnya kenapa?”
“Eh,” Kini aku yang
menjadi kebingungan. “Tidak, hanya bertanya saja. Ngomong-mgomong Tina itu yang
mana? Apa dia pernah ke sini?”
“Tidak, pa. Papa
tidak pernah bertemu dengannya. Jadi jika aku jelaskan papa tidak akan
mengerti.”
Aku diam saja tidak
menjawab. Jika dilihat dari sikapnya barusan, rasanya susah kalau mengatakan
bahwa dia berbohong. Tidak ada tanda-tanda satu pun kebohongan di sana. Aku pun
memikirkan kembali untuk memutar CD itu atau tidak. Kurasa lebih baik tidak
usah, agar kalau seandainya benar dia berselingkuh, aku pun tidak akan pernah tahu.
Semua akan tetap seperti biasanya. Tapi, jika tidak aku lihat, aku tidak akan
bisa membunuh rasa penasaranku.
Saat aku memasuki
ruang kerjaku, aku langsung mengambil laptop dan CD itu. Aku akan memutarnya.
Aku ingin menghilangkan rasa penasaran dalam hatiku. CD sudah kumasukkan dan
sebentar lagi akan terlihat.
Di layar laptopku
kini terpampang sebuah gambar kamar. Tidak ada siapa-siapa di sana. Kamar itu
terlihat rapi sekali. Dan, satu lagi, ada foto Aldi di sana. Benar kalau itu
kamar Aldi. Hatiku makin tidak enak. Tiga menit waktu berjalan, tetap tak ada
satu pun yang masuk ke dalam kamar. Lima menit. Sepuluh menit. Tetap hanya
gambar kamar saja. Aku pun berinisiatif untuk men-skip saja. Aku terus menekan
keyboard-ku agar video itu berjalan lebih cepat. Dan, ketika durasi pada menit
ke – kalau tidak salah – sembilan belas, aku melihat ada seseorang yang datang.
Wanita. Dan, astaga. Aku benar-benar terkejut dengan apa yang kulihat. Wanita
yang memakai blazer hitam dengan celana yang juga hitam. Blazer itu menutupi
tanktop berwarna putih. Baju itu sama dengan yang dikenakan dengan istriku saat
pergi ke Bogor. Aku pun semakin yakin bahwa itu istriku ketika wajahnya dengan
jelas terpampang di video itu. Ternyata benar, kataku dalam hati. Benar kalau
istriku sudah berselingkuh. Ya Tuhan, aku sungguh tidak percaya dengan semua
ini.
Aku berpikir untuk melanjutkan video itu atau
tidak. Aku takut melihat kenyataan yang akan aku lihat. Tetapi, sisi lain
hatiku berkata bahwa aku harus melihat semuanya. Aku harus memastikan semuanya
benar.
Setelah kemunculan istriku, tak beberapa lama
muncullah seorang laki-laki mengenakan jaket kulit hitam. Jika seperti yang
dikatakan Aldi, berarti ini adalah temannya yang seorang tentara. Aku kira pun
demikian jika melihat bentuk tubuhnya yang kekar meski tidak tinggi. Serta
potongan rambutnya seperti kebanyakan tentara lainnya. Laki-laki itu mengunci
pintu kamar. Kemudian, langsung membuka jaket dan menggantungnya di dinding
kamar.
Kulihat istriku hanya berdiri dan mengamati sekeliling
kamar. Ketika sudah menaruh jaketnya, laki-laki itu mendekat ke arah istriku
dan langsung mendekapnya dari belakang. Istriku sedikit terkejut dengan
sikapnya itu. Dia mencoba melepaskan pelukan laki-laki itu. Namun, sepertinya
laki-laki itu tidak membiarkannya begitu saja. Malahan dia memutar istriku
menghadap ke arahnya. Kini mereka saling berhadapan satu sama lain.
Mereka terlihat berbicara namuan aku tidak
bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan. Tetapi, selanjutnya yang
terjadi adalah laki-laki itu mulai mencium bibir istriku. Istriku tampak
tersentak. Namun, lama kelamaan dia mulai mengimbangi ciuman dari laki-laki
itu. Mereka saling berpagutan. Saling melumat bibir masing-masing. Ciuman
mereka semakin panas dan menggila.
Melihat adegan ini entah kenapa aku merasa ada
yang aneh dalam hatiku. Seharusnya aku marah dan menghampiri istriku dan
menunjukkan padanya semua ini. Tapi, aku tidak bisa. Aku justru ingin terus
melihatnya. Aku harus mengakui bahwa, jujur, ada sensasi lain saat aku melihat
Sinta dalam dekapan laki-laki lain. Suami macam apa aku ini?
Ciuman si tentara kini beralih ke leher
jenjang istriku. Dia menelusuri bagian itu. Tangannya pun coba untuk melepaskan
blazer yang dikenakan istriku. Istriku membantu untuk melepasnya. Setelah
lepas, dia melemparnya ke tempat tidur. Ciuman terus turun ke arah payudara
istriku. Meski masih dibalut tanktop dan BH, dia masih bisa menciumi belahan
dadanya yang mulus. Setelah agak lama, si tentara membuka tanktop istriku. Dia
menariknya ke atas dan terlihatlah payudara berukuran 34 dibalut BH. Setelah
lepas, istriku tak menunggu si tentara untuk melepaskan BH-nya. Dia
berinisiatif untuk membukanya sendiri. Diraih kaitan BH-nya. Dengan bantuan
dari si tentara, tak butuh waktu lama istriku untuk topless.
Si tentara langsung menatap ke arah payudara
itu. Dia pun langsung melahapnya dan melumatnya secara bergantian. Istriku
menengadah dan memejam menikmati kenikmatan sambil membelai rambut si tentara.
Setelah puas, si tentara mendorong istriku agar terbaring di tempat tidur.
Sementara itu, si tentara melepaskan kaos yang dipakainya. Kini dia telah
bertelanjang dada. Aku bisa melihat begitu kekar lengannya. Kulitnya agak
sedikit gelap. Di dadanya tumbuh bulu-bulu.
Kemudian dia menundukkan badannya dan langsung
menindih istriku. Dia meletakkan dirinya di antara kedua kaki istriku.
Diciuminya istriku dengan buas. Kulihat istriku pun tak mau kalah. Dia membalas
ciuman si tentara sambil tangannya membelai-belai punggung si tentara. Dari
ciuman di bibir kemudian turun ke dada. Payudara istriku dilumat secara
bergantian. Putingnya menjadi bulan-bulanan si tentara. Kini dia lebih mirip
seorang bayi yang sedang menyusu. Lalu, ciumannya terus turun ke bagian perut.
Istirku sedikit menggelinjang. Kulihat lagi si tentara terus menurunkan
ciumannya sampai ke bagian selangkangan. Dari balik celana, si tentara mencium
dan mengendus vagina istriku.
Istriku tak bisa melakukan apapun ketika si
tentara mencoba menurunkan celananya. Atau mungkin istriku memang menginginkan
hal itu. Entahlah. Tapi, dalam sekejap, tubuh istriku telah tersaji di depan si
tentara tanpa sehelai pun benang menutupi. Si tentara tak mau membuang-buang
waktu. Dia langsung menundukkan kepala menuju ke selangkangan istriku.
Kepalanya langsung diapit oleh kedua kaki istriku. Aku melihat istriku mulai
menggelinjang-gelinjang. Aku yakin si tentara sudah melakukan oral seks di
vagina istriku. Pinggul istriku ikut bergoyang dan bergetar. Makin lama makin
cepat. Sudah pasti si tentara mengaduk-aduk vagina istriku dengan lidahnya.
Atau, dia malah memainkan klitoris istriku. Tanpa kuduga penisku sudah berdiri
sejak tadi. Aku pun mulai mengelus-elusnya.
Kini istriku makin kuat menggoyangkan
pinggulnya. Sampai akhirnya dia bergetar hebat dan menengadahkan kepala.
Tangannya menjambak rambut si tentara. Aku yakin dia sudah mencapai puncaknya.
Dia sudah meraih orgasme pertamanya (pasti selanjutnya akan ke arah yang lebih
intim) dengan si tentara. Dia pun terlihat lemas. Sementara si tentara menghentikan
permainannya. Dia kembali duduk dan melihat istriku yang terkulai lemas. Tak
lama kemudian, dia pergi ke luar. Meninggalkan istriku sendirian.
Agak lama, kemudian istriku bangkit dari
tidurnya dan melangkah menuju ke kamar mandi. Entah apa yang akan dia lakukan. Kemudian,
kulihat si tentara masuk. Dia mencari-cari istriku. Lalu, muncullah istriku
dari kamar mandi. Mereka terlihat berbicara. Kemudian, si tentara mendekat ke
istriku dan langsung menggendongnya. Dia kembali membaringkan istriku di tempat
tidur. Lalu, menatapnya sebentar. Setelah itu kulihat dia mulai menurunkan
celananya. Kini dia hanya mengenakan celana dalam berwarna hitam. Si tentara
juga naik ke tempat tidur. Dia langsung mengangkangi tubuh istriku. Kini
selangkangannya tepat berada di depan wajah istriku. Si tentara meraih tangan
istriku dan menuntunnya menuju selangkangannya. Dia terlihat berbicara pada
istriku. Kemudian, kulihat istriku membelai-belai gundukan di selangkangan si
tentara. Gundukan tersebut sudah tampak besar sekali. Tak beberapa lama, tangan
istriku terlihat mulai menyelinap ke balik celana dalamnya. Kini dia sudah
merasakan bagaimana tegangnya penis si tentara.
Setelah puas merasakan penis tentara dari
balik CD-nya, istriku mulai menurunkan CD itu. Sebelumnya, dia berbicara pada
si tentara. Kemudian si tentara beranjak dan berdiri di atas tempat tidur.
Sementara istriku duduk di hadapannya. Kini, penis si tentara sudah berada di
genggaman istriku. Penisnya besar meski tidak begitu panjang. Aku rasa punya
masih lebih panjang. Tapi, entah kenapa penis itu terlihat gagah menantang.
Apalagi ditumbuhi rambut yang sangat lebat.
Istriku mulai mengocok penis itu dengan
tangannya. Dengan gerakan pelan, kemudian lama kelamaan makin cepat. Setelah
mengocok, dia mulai menjilati bagian kepala penis itu. Tepatnya di bagian
lubang kencingnya. Aku menduga istriku akan menjilat cairan pre-cum si tentara.
Dia juga mulai menjilati bagian batangnya sampai ke zakarnya. Istriku tak
terlihat terganggu dengan lebatnya jembut si tentara. Dia tetap menjilati
seluruh bagian penisnya. Bahkan, kini istriku mulai memasukkannya ke dalam
mulut. Dia pun mulai mengulumnya. Kepalanya di pegang oleh si tentara kemudian
dimaju-mundurkan. Istriku nampak menikmati oral seks yang dilakukannya. Tangan
kirinya memainkan payudaranya sendiri. Semtara si tentara hanya bisa merem
melek menikmati oralan dari istriku.
Mungkin si tentara tidak mau orgasme dengan
oral seks yang dilakukan oleh istriku, dia menghentikannya. Dia meminta istriku
untuk berbaring. Kemudian si tentara pun mulai menindinya. Dia mengarahkan
penisnya ke arah selangkangan istriku. Istriku terlihat membuka pahanya
lebar-lebar. Mungkin dia ingin memberikan segalanya pada si tentara.
Aku tidak bisa dengan jelas bagaimana penis
itu menembus lubang vagina istriku. Tapi, yang kutahu si tentara mulai
melakukan gerakan maju mundur. Kurasa penisnya sudah mulai masuk. Gerakannya perlahan
dan sangat lembut. Istriku sibuk dengan memainkan kedua payudaranya.
Gerakan si tentara pun makin cepat. Dia mulai
menggenjot istriku dengan kuat. Sementara istriku juga mulai membalas gerakan
itu. Dia juga turut menggoyang-goyang pinggulnya. Kepalanya terlihat bergerak
ke kanan dan ke kiri. Mungkin dia akan kembali orgasme. Tetapi, tiba-tiba....
....gelap. sial.
Video itu berhenti. Mungkin baterai handycam Aldi habis. Jadi, tidak bisa
merekam lebih. Padahal aku ingin sekali melihat apa yang selanjutnya akan
terjadi.
Tanpa kurasa, penisku sudah keluar dari
‘sarang’nya. Entah kapan aku melakukan itu. Tapi, kini aku mulai mengocok
penisku. Aku membayangkan istriku dengan si tentara. Membayangkan adegan
selanjutnya dari video itu. Kubayangkan istriku digenjot dengan buas oleh si
tentara sampai orgasme berkali-kali. Istriku sampai terkulai lemas di tempat
tidur, sementara si tentara terus menyetubuhinya. Sampai akhirnya si tentara
tidak kuat lagi dan menumpahkan spermanya di dalam istriku. Istriku tidak marah
dengan hal itu. Malahan dia memeluk si tentara ketika keduanya sama-sama terkulai.
Mereka pun tertidur berdua di kamar itu.
Kurasakan aku sebentara lagi
akan....crot...crot....crot... aku sampai. Nafasku sedikit terengah-engah.
Spermaku muncrat ke bajuku dan celanaku. Aku segera meraih tissue untuk
membersihkannya. Aku bingung bagaimana bisa aku orgasme dengan membayangkan
istriku bercinta dengan laki-laki lain.
Suami macam apa aku ini?
sumber gambar:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar