Jumat, 18 Desember 2015

Tiga Perseligkuhan Istriku: Si Tentara



Mungkin aku adalah salah satu laki-laki bodoh yang ada di dunia. Mengapa aku berkata demikian? Sebab meski beberapa kali istriku mengkhianatiku, aku masih tetap saja tak bisa pergi darinya. Bagi orang yang menjunjung tinggi apa itu yang disebut ‘cinta’, mungkin aku layak untuk disebut ‘pecinta sejati’. Namun, bagi orang lain mungkin aku hanya laki-laki bodoh yang terlalu mencintai seorang wanita. Bahkan, ketika diselingkuhi pun aku hanya diam saja. Bodoh, bukan?

Tapi, biarlah orang berpendapat apapun mengenai diriku. Aku memang benar-benar masih mencintai istriku. Dan, cerita ini adalah tentang bagaimana terjadinya perselingkuhan yang kumaksud. Perselingkuhan yang dilakukan oleh istriku dengan tiga laki-laki (tidak sekaligus tentunya).

***
Cerita ini berawal dari seorang teman lama yang tiba-tiba datang padaku. Sebut saja namanya Aldi. Dia adalah teman semasa kuliah di Bandung dulu. Dia tiba-tiba menghubungiku dan berkata ingin bertemu karena ada hal penting yang harus dia ceritakan padaku. Maka, kami pun duduk dalam satu meja di sebuah cafe dekat rumahku.


“Jadi, apa yang ingi kau ceritakan, Al?” tanyaku.

“Pertama-tama, aku ingin memintamu untuk tidak terpancing emosi dulu. Dengarkan dulu semua ceritaku sampai tuntas, barulah kau boleh berbicara.”

Aneh. Masalah apa sebenarnya?
“Baiklah kalu begitu,” jawab Aldi. Lalu dia mengutak-atik iPhone-nya. Dan tak beberapa lama menunjukkan sebuah foto padaku. “Apakah ini istrimu?”
Kulihat foto itu adalah istriku. “Benar. Kenapa kamu pu-”
Aldi meletakkan satu jarinya di depan mulutnya. “Aku menyimpan rahasia tentang istrimu.”
“Rahasia? Rahasia apa?”
“Tiga hari yang lalu, seorang teman laki-laki datang ke tempatku. Dia seorang tentara. Dia datang bersama seorang wanita. Saat kulihat wanita itu aku pun langsung mengenalinya. Wanita itu adalah istrimu. Tetapi, karena kita tidak pernah bertemu sebelumnya, jadi dia tidak mengenaliku.”
“Lalu, apa maksudmu?” tanyaku heran.
“Sebelum datang ke rumah, temanku itu sempat bilang bahwa akan membawa seorang wanita. Dan, dia ingin meminjam satu kamar untuknya dan wanita itu.”
“Tunggu. Tunggu.” Jawabku  makin tak mengerti. “Maksudmu, wanita itu adalah istriku dan laki-laki itu membawa istriku agar bisa satu kamar dengannya?”
Aldi mengangguk.
Aku tertawa. “Aldi, kau jangan bercanda. Kau pasti salah. Tiga hari yang lalu istriku pergi dan tidak ke tempatmu, Bandung. Dia pergi ke Bogor.”
“Apa kau yakin dia benar-benar pergi ke Bogor?”
Aku terdiam sejenak. Sebenarnya, aku tidak yakin. “Tapi, mana mungkin istriku selingkuh. Aku tidak percaya.”
“Kau harus percaya, Tio.”
“Alasannya?”
Aldi mengambil sesuatu dari tasnya. “Ini,” katanya sambil menunjukkan satu keping CD padaku.
“Apa itu?”
“Semula, sebelum aku tahu bahwa wanita yang akan diajak temanku adalah istrimu, aku berencana ingin merekam apa yang mereka lakukan dalam kamar. Makanya aku menaruh sebuah handycam di sudut ruangan. Tetapi, saat aku tahu wanita yang dibawa adalah istrimu, aku melupakan soal handycam. Aku baru ingat ketika mereka sudah pamit pulang padaku.”
Tiba-tiba aku menjadi tidak keruan. Hatiku rasanya mulai disayat perlahan.
“Kalau kau belum percaya, silakan lihat apa isi dari CD ini. Semuanya akan jelas.” Aldi beranjak dari tempat duduknya. “Aku hanya ingin membantumu. Kau teman baikku, Tio.”
Aku meraih CD itu. “Aldi, kalau memang benar apa yang kamu katakan, bagaimana dengan isi CD ini?”
“Tenang. Aku tidak punya salinannya. Jadi, kau tidak usah khawatir.”
Aku mengangguk pelan. “Terima kasih, Al.”
***
Sungguh berat rasanya mendapat kenyataan demikian. Meski aku belum tahu itu kabar itu benar atau tidak, tetap saja membuatku merasa tidak enak. Segalanya berdampak pada pekerjaanku. Aku menjadi tidak konsentrasi lagi terhadap apa yang aku kerjakan. Pikiranku tak pernah bisa lepas dari isi CD itu. Bagaimana jika semua yang dikatakan Aldi benar? Siapkah aku untuk melihatnya? Atau lebih tepatnya, kuatkah aku?
Setiap hari aku selalu mengamati tingkah laku istriku. Kulihat adakah yang berbeda darinya. Biasanya orang yang menjalin hubungan dengan orang lain, ada tingkahnya yang akan sedikit berubah. Namun, hal itu tidak kulihat dari Sinta, istriku.
“Ma, saat kamu ke Bogor kemarin, kau pergi bersama siapa saja?” Aku coba memancingnya. Akan kulihat bagaimana dia menjawab pertanyaan itu. Jika benar dia ke Bandung, dia pasti akan gelagapan dan kebingungan.
“Dengan Tina, pa.” Jawabnya dengan begitu tenang. “Memangnya kenapa?”
“Eh,” Kini aku yang menjadi kebingungan. “Tidak, hanya bertanya saja. Ngomong-mgomong Tina itu yang mana? Apa dia pernah ke sini?”
“Tidak, pa. Papa tidak pernah bertemu dengannya. Jadi jika aku jelaskan papa tidak akan mengerti.”
Aku diam saja tidak menjawab. Jika dilihat dari sikapnya barusan, rasanya susah kalau mengatakan bahwa dia berbohong. Tidak ada tanda-tanda satu pun kebohongan di sana. Aku pun memikirkan kembali untuk memutar CD itu atau tidak. Kurasa lebih baik tidak usah, agar kalau seandainya benar dia berselingkuh, aku pun tidak akan pernah tahu. Semua akan tetap seperti biasanya. Tapi, jika tidak aku lihat, aku tidak akan bisa membunuh rasa penasaranku.
Saat aku memasuki ruang kerjaku, aku langsung mengambil laptop dan CD itu. Aku akan memutarnya. Aku ingin menghilangkan rasa penasaran dalam hatiku. CD sudah kumasukkan dan sebentar lagi akan terlihat.
Di layar laptopku kini terpampang sebuah gambar kamar. Tidak ada siapa-siapa di sana. Kamar itu terlihat rapi sekali. Dan, satu lagi, ada foto Aldi di sana. Benar kalau itu kamar Aldi. Hatiku makin tidak enak. Tiga menit waktu berjalan, tetap tak ada satu pun yang masuk ke dalam kamar. Lima menit. Sepuluh menit. Tetap hanya gambar kamar saja. Aku pun berinisiatif untuk men-skip saja. Aku terus menekan keyboard-ku agar video itu berjalan lebih cepat. Dan, ketika durasi pada menit ke – kalau tidak salah – sembilan belas, aku melihat ada seseorang yang datang. Wanita. Dan, astaga. Aku benar-benar terkejut dengan apa yang kulihat. Wanita yang memakai blazer hitam dengan celana yang juga hitam. Blazer itu menutupi tanktop berwarna putih. Baju itu sama dengan yang dikenakan dengan istriku saat pergi ke Bogor. Aku pun semakin yakin bahwa itu istriku ketika wajahnya dengan jelas terpampang di video itu. Ternyata benar, kataku dalam hati. Benar kalau istriku sudah berselingkuh. Ya Tuhan, aku sungguh tidak percaya dengan semua ini.

Aku berpikir untuk melanjutkan video itu atau tidak. Aku takut melihat kenyataan yang akan aku lihat. Tetapi, sisi lain hatiku berkata bahwa aku harus melihat semuanya. Aku harus memastikan semuanya benar.

Setelah kemunculan istriku, tak beberapa lama muncullah seorang laki-laki mengenakan jaket kulit hitam. Jika seperti yang dikatakan Aldi, berarti ini adalah temannya yang seorang tentara. Aku kira pun demikian jika melihat bentuk tubuhnya yang kekar meski tidak tinggi. Serta potongan rambutnya seperti kebanyakan tentara lainnya. Laki-laki itu mengunci pintu kamar. Kemudian, langsung membuka jaket dan menggantungnya di dinding kamar.

Kulihat istriku hanya berdiri dan mengamati sekeliling kamar. Ketika sudah menaruh jaketnya, laki-laki itu mendekat ke arah istriku dan langsung mendekapnya dari belakang. Istriku sedikit terkejut dengan sikapnya itu. Dia mencoba melepaskan pelukan laki-laki itu. Namun, sepertinya laki-laki itu tidak membiarkannya begitu saja. Malahan dia memutar istriku menghadap ke arahnya. Kini mereka saling berhadapan satu sama lain.

Mereka terlihat berbicara namuan aku tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan. Tetapi, selanjutnya yang terjadi adalah laki-laki itu mulai mencium bibir istriku. Istriku tampak tersentak. Namun, lama kelamaan dia mulai mengimbangi ciuman dari laki-laki itu. Mereka saling berpagutan. Saling melumat bibir masing-masing. Ciuman mereka semakin panas dan menggila.
Melihat adegan ini entah kenapa aku merasa ada yang aneh dalam hatiku. Seharusnya aku marah dan menghampiri istriku dan menunjukkan padanya semua ini. Tapi, aku tidak bisa. Aku justru ingin terus melihatnya. Aku harus mengakui bahwa, jujur, ada sensasi lain saat aku melihat Sinta dalam dekapan laki-laki lain. Suami macam apa aku ini?

Ciuman si tentara kini beralih ke leher jenjang istriku. Dia menelusuri bagian itu. Tangannya pun coba untuk melepaskan blazer yang dikenakan istriku. Istriku membantu untuk melepasnya. Setelah lepas, dia melemparnya ke tempat tidur. Ciuman terus turun ke arah payudara istriku. Meski masih dibalut tanktop dan BH, dia masih bisa menciumi belahan dadanya yang mulus. Setelah agak lama, si tentara membuka tanktop istriku. Dia menariknya ke atas dan terlihatlah payudara berukuran 34 dibalut BH. Setelah lepas, istriku tak menunggu si tentara untuk melepaskan BH-nya. Dia berinisiatif untuk membukanya sendiri. Diraih kaitan BH-nya. Dengan bantuan dari si tentara, tak butuh waktu lama istriku untuk topless.

Si tentara langsung menatap ke arah payudara itu. Dia pun langsung melahapnya dan melumatnya secara bergantian. Istriku menengadah dan memejam menikmati kenikmatan sambil membelai rambut si tentara. Setelah puas, si tentara mendorong istriku agar terbaring di tempat tidur. Sementara itu, si tentara melepaskan kaos yang dipakainya. Kini dia telah bertelanjang dada. Aku bisa melihat begitu kekar lengannya. Kulitnya agak sedikit gelap. Di dadanya tumbuh bulu-bulu.

Kemudian dia menundukkan badannya dan langsung menindih istriku. Dia meletakkan dirinya di antara kedua kaki istriku. Diciuminya istriku dengan buas. Kulihat istriku pun tak mau kalah. Dia membalas ciuman si tentara sambil tangannya membelai-belai punggung si tentara. Dari ciuman di bibir kemudian turun ke dada. Payudara istriku dilumat secara bergantian. Putingnya menjadi bulan-bulanan si tentara. Kini dia lebih mirip seorang bayi yang sedang menyusu. Lalu, ciumannya terus turun ke bagian perut. Istirku sedikit menggelinjang. Kulihat lagi si tentara terus menurunkan ciumannya sampai ke bagian selangkangan. Dari balik celana, si tentara mencium dan mengendus vagina istriku.

Istriku tak bisa melakukan apapun ketika si tentara mencoba menurunkan celananya. Atau mungkin istriku memang menginginkan hal itu. Entahlah. Tapi, dalam sekejap, tubuh istriku telah tersaji di depan si tentara tanpa sehelai pun benang menutupi. Si tentara tak mau membuang-buang waktu. Dia langsung menundukkan kepala menuju ke selangkangan istriku. Kepalanya langsung diapit oleh kedua kaki istriku. Aku melihat istriku mulai menggelinjang-gelinjang. Aku yakin si tentara sudah melakukan oral seks di vagina istriku. Pinggul istriku ikut bergoyang dan bergetar. Makin lama makin cepat. Sudah pasti si tentara mengaduk-aduk vagina istriku dengan lidahnya. Atau, dia malah memainkan klitoris istriku. Tanpa kuduga penisku sudah berdiri sejak tadi. Aku pun mulai mengelus-elusnya.

Kini istriku makin kuat menggoyangkan pinggulnya. Sampai akhirnya dia bergetar hebat dan menengadahkan kepala. Tangannya menjambak rambut si tentara. Aku yakin dia sudah mencapai puncaknya. Dia sudah meraih orgasme pertamanya (pasti selanjutnya akan ke arah yang lebih intim) dengan si tentara. Dia pun terlihat lemas. Sementara si tentara menghentikan permainannya. Dia kembali duduk dan melihat istriku yang terkulai lemas. Tak lama kemudian, dia pergi ke luar. Meninggalkan istriku sendirian.

Agak lama, kemudian istriku bangkit dari tidurnya dan melangkah menuju ke kamar mandi. Entah apa yang akan dia lakukan. Kemudian, kulihat si tentara masuk. Dia mencari-cari istriku. Lalu, muncullah istriku dari kamar mandi. Mereka terlihat berbicara. Kemudian, si tentara mendekat ke istriku dan langsung menggendongnya. Dia kembali membaringkan istriku di tempat tidur. Lalu, menatapnya sebentar. Setelah itu kulihat dia mulai menurunkan celananya. Kini dia hanya mengenakan celana dalam berwarna hitam. Si tentara juga naik ke tempat tidur. Dia langsung mengangkangi tubuh istriku. Kini selangkangannya tepat berada di depan wajah istriku. Si tentara meraih tangan istriku dan menuntunnya menuju selangkangannya. Dia terlihat berbicara pada istriku. Kemudian, kulihat istriku membelai-belai gundukan di selangkangan si tentara. Gundukan tersebut sudah tampak besar sekali. Tak beberapa lama, tangan istriku terlihat mulai menyelinap ke balik celana dalamnya. Kini dia sudah merasakan bagaimana tegangnya penis si tentara.

Setelah puas merasakan penis tentara dari balik CD-nya, istriku mulai menurunkan CD itu. Sebelumnya, dia berbicara pada si tentara. Kemudian si tentara beranjak dan berdiri di atas tempat tidur. Sementara istriku duduk di hadapannya. Kini, penis si tentara sudah berada di genggaman istriku. Penisnya besar meski tidak begitu panjang. Aku rasa punya masih lebih panjang. Tapi, entah kenapa penis itu terlihat gagah menantang. Apalagi ditumbuhi rambut yang sangat lebat.

Istriku mulai mengocok penis itu dengan tangannya. Dengan gerakan pelan, kemudian lama kelamaan makin cepat. Setelah mengocok, dia mulai menjilati bagian kepala penis itu. Tepatnya di bagian lubang kencingnya. Aku menduga istriku akan menjilat cairan pre-cum si tentara. Dia juga mulai menjilati bagian batangnya sampai ke zakarnya. Istriku tak terlihat terganggu dengan lebatnya jembut si tentara. Dia tetap menjilati seluruh bagian penisnya. Bahkan, kini istriku mulai memasukkannya ke dalam mulut. Dia pun mulai mengulumnya. Kepalanya di pegang oleh si tentara kemudian dimaju-mundurkan. Istriku nampak menikmati oral seks yang dilakukannya. Tangan kirinya memainkan payudaranya sendiri. Semtara si tentara hanya bisa merem melek menikmati oralan dari istriku.

Mungkin si tentara tidak mau orgasme dengan oral seks yang dilakukan oleh istriku, dia menghentikannya. Dia meminta istriku untuk berbaring. Kemudian si tentara pun mulai menindinya. Dia mengarahkan penisnya ke arah selangkangan istriku. Istriku terlihat membuka pahanya lebar-lebar. Mungkin dia ingin memberikan segalanya pada si tentara.

Aku tidak bisa dengan jelas bagaimana penis itu menembus lubang vagina istriku. Tapi, yang kutahu si tentara mulai melakukan gerakan maju mundur. Kurasa penisnya sudah mulai masuk. Gerakannya perlahan dan sangat lembut. Istriku sibuk dengan memainkan kedua payudaranya.

Gerakan si tentara pun makin cepat. Dia mulai menggenjot istriku dengan kuat. Sementara istriku juga mulai membalas gerakan itu. Dia juga turut menggoyang-goyang pinggulnya. Kepalanya terlihat bergerak ke kanan dan ke kiri. Mungkin dia akan kembali orgasme. Tetapi, tiba-tiba....

....gelap. sial.

Video itu berhenti. Mungkin baterai handycam Aldi habis. Jadi, tidak bisa merekam lebih. Padahal aku ingin sekali melihat apa yang selanjutnya akan terjadi.

Tanpa kurasa, penisku sudah keluar dari ‘sarang’nya. Entah kapan aku melakukan itu. Tapi, kini aku mulai mengocok penisku. Aku membayangkan istriku dengan si tentara. Membayangkan adegan selanjutnya dari video itu. Kubayangkan istriku digenjot dengan buas oleh si tentara sampai orgasme berkali-kali. Istriku sampai terkulai lemas di tempat tidur, sementara si tentara terus menyetubuhinya. Sampai akhirnya si tentara tidak kuat lagi dan menumpahkan spermanya di dalam istriku. Istriku tidak marah dengan hal itu. Malahan dia memeluk si tentara ketika keduanya sama-sama terkulai. Mereka pun tertidur berdua di kamar itu.

Kurasakan aku sebentara lagi akan....crot...crot....crot... aku sampai. Nafasku sedikit terengah-engah. Spermaku muncrat ke bajuku dan celanaku. Aku segera meraih tissue untuk membersihkannya. Aku bingung bagaimana bisa aku orgasme dengan membayangkan istriku bercinta dengan laki-laki lain.

Suami macam apa aku ini?

sumber gambar: ceritabokepindo.com 

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar