Tidak terasa sudah lebih dari setahun aku
berpacaran dengan Andre. Hubunganku dengannya pun semakin erat. Kami sudah
saling mengenalkan ke keluarga masing-masing. Puji syukur keluargaku suka
dengan Andre, begitu pula dengan keluarga Andre padaku. Hal itu terlihat oleh
sikap ayah Andre yang selau baik padaku. Andre hanya tinggal bersama ayahnya.
Ibunya sudah meninggal saat Andre masih duduk di bangku SD.
gambar diambil dari buayadarat.info |
Kebaikan ayahnya sangat terlihat sekali.
Dia sering bertanya pada Andre bagaimana kabarku jika aku lama tak datang ke
rumahnya. Bahkan terkadang dia sendiri yang menelponku. Lalu, bertanya kabarku,
keluargaku dan pekerjaanku. Dia sudah layaknya ayahku sendiri.
Namun, anggapan kepadanya ternyata salah.
Semua kebaikan yang dia tujukan kepadaku punya alasan sendiri. Semuanya
kuketahui ketika kejadian kelam di suatu siang di rumah Andre.
Di akhir pekan, ketika aku dan Andre
sama-sama libur, biasanya kami pergi jalan-jalan. Namun, siang itu kami memilih
untuk menghabiskan waktu di rumah saja. Andre pun mengajakku ke rumahnya. Di
sana kami memasak bersama. Membuat kue dan lain-lainnya. Setelah itu kami
nikmati samba menonton film di kamar. Setelah film usai, kami pun tak bisa
untuk saling menahan gelora yang ada. Akhirnya kami habiskan sisa waktu dengan
adegan percintaan di atas ranjang. Tak terasa kami semua tertidur hingga pukul
1 siang. Dan, suara ketukan pintulah yang membangunkan kami. Kami pun buru-buru
mengenakan pakaian kembali.
Setelah pintu terbuka, ternyata yang datang
adalah ayah Andre. Sayup-sayup kudengar dia memerintahkan Andre untuk pergi
membeli sesuatu. Andre pun langsung menerima perintahnya.
“Aku pergi keluar sebentar,” ucap Andre
sambil mengenakan jaketnya. “Kamu di sini dulu. Oh ya, ayah bilang dia lapar
dan ingin nasi goreng. Kamu bisa membuatkan untuknya, kan?”
“Iya. Sebentar lagi aku akan memasak
untuknya.” Jawabku. Andre pun langsung pergi keluar kamar.
Setelah merapikan penampilanku yang
acak-acakan, aku pergi keluar dan menuju dapur. Di ruang tengah, aku melihat
ayah sedang asyik menonton televisi. Dia mengenakan kaos yang ketat dan celana
pendek di atas lututnya. Dia tidak melirik sedikitpun ketika aku lewat di
dekatnya. Entah dia terlalu serius atau memang sengaja tak ingin menyapaku.
Aku persiapkan semua bahan-bahan yang aku
butuhkan. Setelah semuanya lengkap, aku pun mulai memasak. Ketika sedang asyik
menggoreng nasi, tiba-tiba sebuah tangan melingkari perutku dari belakang. Aku
tersentak. Terkejut. Setelah kulihat ternyata dia adalah ayah Andre.
“Astaga, ayah!” kataku tak percaya. “Apa
yang ayah lakukan? Lepasin!!!” Aku mencoba untuk melepaskan diri tetapi tak
bisa. Pelukannya di perutku terlalu kuat. Ayah Andre, dengan satu tangan,
mematikan kompor yang sedang menyala.
“Sudahlah. Mumpung si Andre lagi pergi.”
“Tapi, yah…ini gak boleh terjadi.”
Ayah tidak menyahut. Justru kini dia mulai
menciumi tengkukku dan leherku. Karena merupakan salah satu bagian sensitifku,
aku pun mulai dijalari perasaan ‘aneh’. Tangan ayah pun mulai naik ke atas ke
bagian dadaku.
“Yah…jangan!!!” Kembali aku coba
memberontak. Namun lagi-lagi kekuatan ayah terlalu kuat. Mungkin karena ukuran
badannya yang cukup besar.
Meski umurnya sudah hampir 50 tahun, dia
tetap memiliki tubuh yang tegar dan besar. Perutnya juga masih rata. Kedua
lengannya kokoh dan berotot. Kulitnya agak gelap. Namun tak menghilangkan
pesona kelelakiannya.
Kini satu tangannya sudah berani menyelinap
di balik kaos yang kukenakan. Tak ayal, ayah Andre pun bisa meraih susuku yang
terbungkus bra. Dia pun mulai meremas-remas kedua bukit itu.
Pertahananku pun mulai longgar. Semua itu
terjadi lantaran nikmat yang kurasakan. Apalagi aku juga mulai mendesah setiap
kali tangan ayah Andre meremas susuku.
“Ah…yah…stoopp…ah…”
Melihat usahaku yang mulai menurun, kini
kurasakan tangan kiri ayah turun meraba ke bagian selangkanganku. Dia mulai
mengusap-usapnya. Aku pun makin tak tahan untuk tidak mendesah.
“Yah…too…ohh…”
Tangan kananya yang asyik dengan susuku,
tanpa diduga sudah berani memainkan putingnya. Dipelintir dan ditarik-tarik.
Lalu kurasakan tangan itu mulai meninggalkan susuku. Ia mulau turun ke bawah.
Ke perut dan menyelinap masuk ke dalam rokku.
Aku mencoba menghentikan tangan itu, namun
lagi-lagi aku tak kuasa. Dia sangat kuat untuk kutahan. Akhirnya dia pun bisa
terus menyelinap di balik celana dalamku. Dan, bisa meraih bagian kehormatanku.
“Oh…yah…jaa…oh…” Aku mencoba melawan di
tengah desahanku. Tangannya mulai menggosok-gosok lubang memekku.
Sementara tangan kirinya melingkar di
perutku dengan tujuan agar tak bisa memberontak. Ciumannya juga terus
menghujani pipiku. Aku makin tak kuasa untuk menolak.
Kini jari tangannya mulai menari-nari di
lubang memekku. Bahkan sesekali ayah Andre mencoba untuk menerobos masuk.
Desahanku pun makin tidak keruan. Aku sudah dikuasai oleh panasnya nafsu.
Melihat aku makin mendesah, ayah mulai
memasukkan jarinya ke memekku. Aku menahan nikmat ketika perlahan jarinya
menembus lubang memekku. Setelah itu dia mulai mengocoknya perlahan.
“Ohh…oh…yah…oh…”
Semakin lama gerakan jarinya mulai cepat.
Keluar masuk di lubang memekku. Desahanku pun makin kerasa. Ingin rasanya aku
bilang bahwa ini nikmat sekali, namun aku hanya diam saja. Mengingat bahwa aku
sedang diperkosa.
“Yahh…ohh…” Tanpa terasa aku hampir
mencapai orgasmeku. Setelah ayah Andre mengocok memekku makin cepat, akhirnya
aku sampai di puncak. Tubuhku pun menegang menahan semua kepuasan yang baru
saja aku dapatkan.
Tubuhku seketika lunglai dan jatuh di
pelukan ayah Andre. Dia pun tanpa kuduga membawaku ke kamarnya. Entah kenapa
aku justru diam saja dengan perlakuan itu. Mungkin aku sudah menerima perlakuan
pemerkosaan dari ayah pacarku.
***
Setiba di kamar ayah Andre, aku ditidurkan
di atas ranjang. Ayah Andre langsung membuka kaos yang dia kenakan. Kini dapat
kulihat dadanya yang bidang dan berotot. Sangat seksi. Jauh teramat seksi
ketimbang Andre sendiri. Selanjutnya dia menurunkan celana pendeknya. Seketika
kontolnya mencuat. Rupanya ayah Andre sengaja tidak memakai celana dalam. Aku
bisa melihat kini bagaimana kontolnya tegak mengacung. Bila dibanding dengan
miliki Andre, kontol itu lebih besar. Warnanya gelap. Lebih gelap dari
kulitnya. Di pangkalnya tumbuh jembut yang lebat. Tanpa bisa kuhalangi aku
merasa takjub dengan kontol ayah pacarku itu.
Setelah menelanjangi dirinya sendiri, ayah
Andre bergerak ke arahku. Dia memegang bagian bawah rokku dan mengangkatnya ke
atas. Tapi, aku mencegahnya.
“Yah, jangan! Aku takut. Nanti Andre
datang.”
“Sudahlah. Andre tidak akan datang. Dia
masih lama datangnya. Percaya saja.”
Entah kenapa aku begitu mudahnya percaya
dengan ucapannya. Atau aku sendiri memang ingin kenikmatan yang lebih.
Kini ayah beralih ke kaosku. Dia mulai
membukanya. Aku pun ikut membantu ayah Andre. “Wah, rupanya kamu sudah gak
berontak lagi,” katanya melihat sikapku yang sudah berubah. Aku Cuma bisa
terdiam lantaran merasa malu dengan sikapku sendiri.
Setelah lepas, kini bagian atasku hanya
tertutup bra berwarna ungu. Ayah Andre pun segera melepas bra itu. Dan,
terpampanglah kedua bukit indahku di hadapannya.
“Susumu indah banget…” ucap ayah Andre dan
mulutnya langsung melahap susuku.
Aku pun mulai mendesah. Apalagi ketika
lidah dan gigi ayah Andre bermain-main di atas putting susuku. Tanganku cuma
bisa membelai-belai rambutnya. Setelah puas dengan susuku, ayah Andre mulai
menarik ke atas rok panjangku. Seketika terpampanglah selangkanganku dalam
balutan CD. Sudah pasti CD itu sangat basah. Ayah Andre pun dengan lekas
menurunkan CD itu setelah dia mengusap-usapnya sebentar. Setelah CD lepas dari
kaki, ayah Andre langsung bergerak menuju memekku. Matanya menunjukkan dia
tengah terpukau. Ayah Andre pun langsung membuka pahaku. Setelah itu dia
membenamkan kepalanya di antara kedua pahaku. Oral seks, pikirku.
Sebelumnya aku sudah pernah melakukannya.
Bersama Andre tentunya. Namun kali ini aku merasakan sensasi yang sedikit
berbeda. Entah kenapa. Kurasakan sebuah benda yang basah bergerak-gerak di
bibir memekku. Benda itu tak lain adalah lidah ayah Andre. Lidahnya sudah
menari-nari indah di memekku. Dijilatinya dengan ganas seluruh permukaannya. Setelah
itu kurasakan itilku juga mulai dimainkan. Aku pun mendesah menikmatinya.
“Yah…eenaaakk….oh…yah…”
Selanjutnya ayah Andre juga mulai
mengigit-gigit kecil itilku. Sungguh sensasi seperti itu makin membuatku
mendesah tak keruan. Aku seakan terbang melayang-layang.
Setelah puas menikmati memekku dengan
mulutnya, dia bangkit dan langsung menindihku. Awalnya dia menciumiku terlebih
dahulu sebelum akhirnya mengarahkan kontolnya ke memekku. Ketika kepala
penisnya mulai memasuki lubangku, aku memekik, “Aww….” Ada sedikit rasa sakit
ketika kontol besar ayah Andre mulai merangsek masuk.
Berkat dorongan yang kuat, akhirnya kepala
kontolnya mulai masuk. Lalu, dia mendiamkannya sejenak. Seolah membiarkan
kontol itu beradaptasi terlebih dahulu. Sementara dia sendiri asyik
meremas-remas susuku. Setelah agak lama, dia mulai memaju-mundurkan pantatnya. Menggenjotku.
Sampai akhirnya seluruh batang kontolnya masuk memenuhi seluruh bagian dalam
vaginaku.
Aku sendiri pun turut menggerak-gerakkan
pantatku. Seolah mengimbangi gerakan ayah Andre.
“Oh…oh…oh…teruuuss…yah...”
“Enak…sayang?” Tanya ayah Andre.
“Eee…nak…oh…”
Ayah
makin kuat menggenjot memekku. Kenikmatannya pun makin terasa. Lalu, ayah
membungkukkan badan dan mulai melumat bibirku. Di tengah genjotannya kami
saling melumat.
Agak lama kami saling berciuman sebelum
ayah Andre menghentikan tusukannya di memeku. Dia pun menarik ke luar penisnya.
Setelah itu dia tiba-tiba berbaring di sampingku dengan kontol yang mengacung
ke atas.
“Sekarang, kamu di atas.” Kata ayah Andre.
Aku sedikit ragu dengan permintaannya.
Namun, sudah terlanjur sejauh ini maka aku pun harus menghilangkan rasa maluku.
Aku pun mengangkangi kontol ayah, kemudian duduk di atas. Aku pegangi terlebih
dahulu kontolnya lalu kuarahkan masuk ke memekku.
“Oh…” desahku saat kontolnya mulai masuk.
Setelah kupastikan masuk, aku mulai
bergerak-gerak naik turun. Awalnya perlahan-lahan dan lama kelamaan semakin
cepat. Aku pun berpikir dengan posisi ini pasti kontolnya lebih dalam masuk ke
dalam memekku.
“Oh…yah….oh…”
Sementara tangan ayah Andre memainkan
susuku. Aku terus bergerak naik turun agar kontolnya bisa keluar masuk di
memekku.
Tiba-tiba ayah Andre menyuruhku berhenti.
Kemudian dia menidurkanku kembali dan langsung menindihku lagi. Kini dia tidak
perlahan lagi memasukkan kontolnya, tetapi sedikit lebih cepat. Maka, masuklah
kembali kontol itu. Dia pun langsung kembali menusuk-nusuk memekku dengang
cepat.
“Enaakk…oh…yah…”
“Kamu…suka?” Tanya ayah Andre.
“Iyaaa…”
“Enakan mana sama punya Andre?
Aku tidak menjawabnya. Aku malu untuk
mengakui bahwa penis ayah Andre jauh lebih nikmat dari miliki Andre. Kujawab pertanyaan
itu dengan ikut menggoyang pinggulku mengikuti iraman hentakan penis ayah Andre.
“Ohhh….” Ayah Andre terus mendesah tanpa
mengurangi kecepatan genjotannya. Tangannya juga tidak hanya diam saja,
melainkan memainkan payudaraku.
Tanpa terasa pertahananku sepertinya akan
jebol. Genjotan penis ayah Andre makin mengakumulasi kenikmatan yang kudapat
hingga hendak mencapai puncaknya. Aku menyuruh ayah Andre menggenjotku lebih cepat
dan menghujamkan penisnya lebih dalam. Ayah Andre pun menerima permintaanku. Genjotannya
makin cepat dan penis besarnya makin mengoyak bagian dalam rahimku.
“Aayyahhhh….” Aku mencengkeram erat lengan
ayah, menahan orgasmeku yang meledak-ledak. Aku memajukan pinggulku, menjemput
penis ayah Andre. Tubuhku bergetar lantaran orgasme yang luar biasa. Baru kali
ini kurasakan orgasme semacam ini.
Ayah Andre masih terus menyenggamaiku. Meski
aku sudah orgasme, dia tidak mengendorkan tusukannya. Justru malah semakin
cepat. Hingga tak lama kemudian, tusukan itu terasa makin cepat dan dalam sampai
akhirnya kulihat tubuh ayah Andre menegang. Sementara penisnya kurasakan
menyemprotkan sperma beberapa kali. Vaginaku terasa hangat.
Saat semprotan spermanya habis, ayah Andre
mencabut penisnya dari vaginaku. Kurasakan ada cairan yang meleleh lewat bibir
vaginaku. Ayah Andre berbaring di sampingku.
“Kapan-kapan kita lakukan ini lagi,”
katanya. Setelah itu dia mengecup bibirku, lembuta. Aku tidak membalas
ucapannya. Saat ini aku hanya merasakan nikmat yang luar biasa yang belum
pernah aku dapatkan dari Andre.