Jumat, 19 Februari 2016

Diperkosa Ayah Pacarku

Tidak terasa sudah lebih dari setahun aku berpacaran dengan Andre. Hubunganku dengannya pun semakin erat. Kami sudah saling mengenalkan ke keluarga masing-masing. Puji syukur keluargaku suka dengan Andre, begitu pula dengan keluarga Andre padaku. Hal itu terlihat oleh sikap ayah Andre yang selau baik padaku. Andre hanya tinggal bersama ayahnya. Ibunya sudah meninggal saat Andre masih duduk di bangku SD.

gambar diambil dari buayadarat.info

Kebaikan ayahnya sangat terlihat sekali. Dia sering bertanya pada Andre bagaimana kabarku jika aku lama tak datang ke rumahnya. Bahkan terkadang dia sendiri yang menelponku. Lalu, bertanya kabarku, keluargaku dan pekerjaanku. Dia sudah layaknya ayahku sendiri.

Namun, anggapan kepadanya ternyata salah. Semua kebaikan yang dia tujukan kepadaku punya alasan sendiri. Semuanya kuketahui ketika kejadian kelam di suatu siang di rumah Andre.

Di akhir pekan, ketika aku dan Andre sama-sama libur, biasanya kami pergi jalan-jalan. Namun, siang itu kami memilih untuk menghabiskan waktu di rumah saja. Andre pun mengajakku ke rumahnya. Di sana kami memasak bersama. Membuat kue dan lain-lainnya. Setelah itu kami nikmati samba menonton film di kamar. Setelah film usai, kami pun tak bisa untuk saling menahan gelora yang ada. Akhirnya kami habiskan sisa waktu dengan adegan percintaan di atas ranjang. Tak terasa kami semua tertidur hingga pukul 1 siang. Dan, suara ketukan pintulah yang membangunkan kami. Kami pun buru-buru mengenakan pakaian kembali.

Setelah pintu terbuka, ternyata yang datang adalah ayah Andre. Sayup-sayup kudengar dia memerintahkan Andre untuk pergi membeli sesuatu. Andre pun langsung menerima perintahnya.

“Aku pergi keluar sebentar,” ucap Andre sambil mengenakan jaketnya. “Kamu di sini dulu. Oh ya, ayah bilang dia lapar dan ingin nasi goreng. Kamu bisa membuatkan untuknya, kan?”

“Iya. Sebentar lagi aku akan memasak untuknya.” Jawabku. Andre pun langsung pergi keluar kamar.

Setelah merapikan penampilanku yang acak-acakan, aku pergi keluar dan menuju dapur. Di ruang tengah, aku melihat ayah sedang asyik menonton televisi. Dia mengenakan kaos yang ketat dan celana pendek di atas lututnya. Dia tidak melirik sedikitpun ketika aku lewat di dekatnya. Entah dia terlalu serius atau memang sengaja tak ingin menyapaku.

Aku persiapkan semua bahan-bahan yang aku butuhkan. Setelah semuanya lengkap, aku pun mulai memasak. Ketika sedang asyik menggoreng nasi, tiba-tiba sebuah tangan melingkari perutku dari belakang. Aku tersentak. Terkejut. Setelah kulihat ternyata dia adalah ayah Andre.

“Astaga, ayah!” kataku tak percaya. “Apa yang ayah lakukan? Lepasin!!!” Aku mencoba untuk melepaskan diri tetapi tak bisa. Pelukannya di perutku terlalu kuat. Ayah Andre, dengan satu tangan, mematikan kompor yang sedang menyala.

“Sudahlah. Mumpung si Andre lagi pergi.”

“Tapi, yah…ini gak boleh terjadi.”

Ayah tidak menyahut. Justru kini dia mulai menciumi tengkukku dan leherku. Karena merupakan salah satu bagian sensitifku, aku pun mulai dijalari perasaan ‘aneh’. Tangan ayah pun mulai naik ke atas ke bagian dadaku.

“Yah…jangan!!!” Kembali aku coba memberontak. Namun lagi-lagi kekuatan ayah terlalu kuat. Mungkin karena ukuran badannya yang cukup besar.

Meski umurnya sudah hampir 50 tahun, dia tetap memiliki tubuh yang tegar dan besar. Perutnya juga masih rata. Kedua lengannya kokoh dan berotot. Kulitnya agak gelap. Namun tak menghilangkan pesona kelelakiannya.

Kini satu tangannya sudah berani menyelinap di balik kaos yang kukenakan. Tak ayal, ayah Andre pun bisa meraih susuku yang terbungkus bra. Dia pun mulai meremas-remas kedua bukit itu.
Pertahananku pun mulai longgar. Semua itu terjadi lantaran nikmat yang kurasakan. Apalagi aku juga mulai mendesah setiap kali tangan ayah Andre meremas susuku.

“Ah…yah…stoopp…ah…”

Melihat usahaku yang mulai menurun, kini kurasakan tangan kiri ayah turun meraba ke bagian selangkanganku. Dia mulai mengusap-usapnya. Aku pun makin tak tahan untuk tidak mendesah.

“Yah…too…ohh…”

Tangan kananya yang asyik dengan susuku, tanpa diduga sudah berani memainkan putingnya. Dipelintir dan ditarik-tarik. Lalu kurasakan tangan itu mulai meninggalkan susuku. Ia mulau turun ke bawah. Ke perut dan menyelinap masuk ke dalam rokku.

Aku mencoba menghentikan tangan itu, namun lagi-lagi aku tak kuasa. Dia sangat kuat untuk kutahan. Akhirnya dia pun bisa terus menyelinap di balik celana dalamku. Dan, bisa meraih bagian kehormatanku.

“Oh…yah…jaa…oh…” Aku mencoba melawan di tengah desahanku. Tangannya mulai menggosok-gosok lubang memekku.

Sementara tangan kirinya melingkar di perutku dengan tujuan agar tak bisa memberontak. Ciumannya juga terus menghujani pipiku. Aku makin tak kuasa untuk menolak.

Kini jari tangannya mulai menari-nari di lubang memekku. Bahkan sesekali ayah Andre mencoba untuk menerobos masuk. Desahanku pun makin tidak keruan. Aku sudah dikuasai oleh panasnya nafsu.

Melihat aku makin mendesah, ayah mulai memasukkan jarinya ke memekku. Aku menahan nikmat ketika perlahan jarinya menembus lubang memekku. Setelah itu dia mulai mengocoknya perlahan.

“Ohh…oh…yah…oh…”

Semakin lama gerakan jarinya mulai cepat. Keluar masuk di lubang memekku. Desahanku pun makin kerasa. Ingin rasanya aku bilang bahwa ini nikmat sekali, namun aku hanya diam saja. Mengingat bahwa aku sedang diperkosa.

“Yahh…ohh…” Tanpa terasa aku hampir mencapai orgasmeku. Setelah ayah Andre mengocok memekku makin cepat, akhirnya aku sampai di puncak. Tubuhku pun menegang menahan semua kepuasan yang baru saja aku dapatkan.

Tubuhku seketika lunglai dan jatuh di pelukan ayah Andre. Dia pun tanpa kuduga membawaku ke kamarnya. Entah kenapa aku justru diam saja dengan perlakuan itu. Mungkin aku sudah menerima perlakuan pemerkosaan dari ayah pacarku.

***

Setiba di kamar ayah Andre, aku ditidurkan di atas ranjang. Ayah Andre langsung membuka kaos yang dia kenakan. Kini dapat kulihat dadanya yang bidang dan berotot. Sangat seksi. Jauh teramat seksi ketimbang Andre sendiri. Selanjutnya dia menurunkan celana pendeknya. Seketika kontolnya mencuat. Rupanya ayah Andre sengaja tidak memakai celana dalam. Aku bisa melihat kini bagaimana kontolnya tegak mengacung. Bila dibanding dengan miliki Andre, kontol itu lebih besar. Warnanya gelap. Lebih gelap dari kulitnya. Di pangkalnya tumbuh jembut yang lebat. Tanpa bisa kuhalangi aku merasa takjub dengan kontol ayah pacarku itu.

Setelah menelanjangi dirinya sendiri, ayah Andre bergerak ke arahku. Dia memegang bagian bawah rokku dan mengangkatnya ke atas. Tapi, aku mencegahnya.

“Yah, jangan! Aku takut. Nanti Andre datang.”

“Sudahlah. Andre tidak akan datang. Dia masih lama datangnya. Percaya saja.”

Entah kenapa aku begitu mudahnya percaya dengan ucapannya. Atau aku sendiri memang ingin kenikmatan yang lebih.

Kini ayah beralih ke kaosku. Dia mulai membukanya. Aku pun ikut membantu ayah Andre. “Wah, rupanya kamu sudah gak berontak lagi,” katanya melihat sikapku yang sudah berubah. Aku Cuma bisa terdiam lantaran merasa malu dengan sikapku sendiri.

Setelah lepas, kini bagian atasku hanya tertutup bra berwarna ungu. Ayah Andre pun segera melepas bra itu. Dan, terpampanglah kedua bukit indahku di hadapannya.

“Susumu indah banget…” ucap ayah Andre dan mulutnya langsung melahap susuku.

Aku pun mulai mendesah. Apalagi ketika lidah dan gigi ayah Andre bermain-main di atas putting susuku. Tanganku cuma bisa membelai-belai rambutnya. Setelah puas dengan susuku, ayah Andre mulai menarik ke atas rok panjangku. Seketika terpampanglah selangkanganku dalam balutan CD. Sudah pasti CD itu sangat basah. Ayah Andre pun dengan lekas menurunkan CD itu setelah dia mengusap-usapnya sebentar. Setelah CD lepas dari kaki, ayah Andre langsung bergerak menuju memekku. Matanya menunjukkan dia tengah terpukau. Ayah Andre pun langsung membuka pahaku. Setelah itu dia membenamkan kepalanya di antara kedua pahaku. Oral seks, pikirku.

Sebelumnya aku sudah pernah melakukannya. Bersama Andre tentunya. Namun kali ini aku merasakan sensasi yang sedikit berbeda. Entah kenapa. Kurasakan sebuah benda yang basah bergerak-gerak di bibir memekku. Benda itu tak lain adalah lidah ayah Andre. Lidahnya sudah menari-nari indah di memekku. Dijilatinya dengan ganas seluruh permukaannya. Setelah itu kurasakan itilku juga mulai dimainkan. Aku pun mendesah menikmatinya.

“Yah…eenaaakk….oh…yah…”

Selanjutnya ayah Andre juga mulai mengigit-gigit kecil itilku. Sungguh sensasi seperti itu makin membuatku mendesah tak keruan. Aku seakan terbang melayang-layang.

Setelah puas menikmati memekku dengan mulutnya, dia bangkit dan langsung menindihku. Awalnya dia menciumiku terlebih dahulu sebelum akhirnya mengarahkan kontolnya ke memekku. Ketika kepala penisnya mulai memasuki lubangku, aku memekik, “Aww….” Ada sedikit rasa sakit ketika kontol besar ayah Andre mulai merangsek masuk.

Berkat dorongan yang kuat, akhirnya kepala kontolnya mulai masuk. Lalu, dia mendiamkannya sejenak. Seolah membiarkan kontol itu beradaptasi terlebih dahulu. Sementara dia sendiri asyik meremas-remas susuku. Setelah agak lama, dia mulai memaju-mundurkan pantatnya. Menggenjotku. Sampai akhirnya seluruh batang kontolnya masuk memenuhi seluruh bagian dalam vaginaku.

Aku sendiri pun turut menggerak-gerakkan pantatku. Seolah mengimbangi gerakan ayah Andre.

“Oh…oh…oh…teruuuss…yah...”

“Enak…sayang?” Tanya ayah Andre.

“Eee…nak…oh…”

Ayah makin kuat menggenjot memekku. Kenikmatannya pun makin terasa. Lalu, ayah membungkukkan badan dan mulai melumat bibirku. Di tengah genjotannya kami saling melumat.

Agak lama kami saling berciuman sebelum ayah Andre menghentikan tusukannya di memeku. Dia pun menarik ke luar penisnya. Setelah itu dia tiba-tiba berbaring di sampingku dengan kontol yang mengacung ke atas.

“Sekarang, kamu di atas.” Kata ayah Andre.

Aku sedikit ragu dengan permintaannya. Namun, sudah terlanjur sejauh ini maka aku pun harus menghilangkan rasa maluku. Aku pun mengangkangi kontol ayah, kemudian duduk di atas. Aku pegangi terlebih dahulu kontolnya lalu kuarahkan masuk ke memekku.

“Oh…” desahku saat kontolnya mulai masuk.

Setelah kupastikan masuk, aku mulai bergerak-gerak naik turun. Awalnya perlahan-lahan dan lama kelamaan semakin cepat. Aku pun berpikir dengan posisi ini pasti kontolnya lebih dalam masuk ke dalam memekku.

“Oh…yah….oh…”

Sementara tangan ayah Andre memainkan susuku. Aku terus bergerak naik turun agar kontolnya bisa keluar masuk di memekku.

Tiba-tiba ayah Andre menyuruhku berhenti. Kemudian dia menidurkanku kembali dan langsung menindihku lagi. Kini dia tidak perlahan lagi memasukkan kontolnya, tetapi sedikit lebih cepat. Maka, masuklah kembali kontol itu. Dia pun langsung kembali menusuk-nusuk memekku dengang cepat.

“Enaakk…oh…yah…”

“Kamu…suka?” Tanya ayah Andre.

“Iyaaa…”

“Enakan mana sama punya Andre?

Aku tidak menjawabnya. Aku malu untuk mengakui bahwa penis ayah Andre jauh lebih nikmat dari miliki Andre. Kujawab pertanyaan itu dengan ikut menggoyang pinggulku mengikuti iraman hentakan penis ayah Andre.

“Ohhh….” Ayah Andre terus mendesah tanpa mengurangi kecepatan genjotannya. Tangannya juga tidak hanya diam saja, melainkan memainkan payudaraku.

Tanpa terasa pertahananku sepertinya akan jebol. Genjotan penis ayah Andre makin mengakumulasi kenikmatan yang kudapat hingga hendak mencapai puncaknya. Aku  menyuruh ayah Andre menggenjotku lebih cepat dan menghujamkan penisnya lebih dalam. Ayah Andre pun menerima permintaanku. Genjotannya makin cepat dan penis besarnya makin mengoyak bagian dalam rahimku.

“Aayyahhhh….” Aku mencengkeram erat lengan ayah, menahan orgasmeku yang meledak-ledak. Aku memajukan pinggulku, menjemput penis ayah Andre. Tubuhku bergetar lantaran orgasme yang luar biasa. Baru kali ini kurasakan orgasme semacam ini.

Ayah Andre masih terus menyenggamaiku. Meski aku sudah orgasme, dia tidak mengendorkan tusukannya. Justru malah semakin cepat. Hingga tak lama kemudian, tusukan itu terasa makin cepat dan dalam sampai akhirnya kulihat tubuh ayah Andre menegang. Sementara penisnya kurasakan menyemprotkan sperma beberapa kali. Vaginaku terasa hangat.

Saat semprotan spermanya habis, ayah Andre mencabut penisnya dari vaginaku. Kurasakan ada cairan yang meleleh lewat bibir vaginaku. Ayah Andre berbaring di sampingku.


“Kapan-kapan kita lakukan ini lagi,” katanya. Setelah itu dia mengecup bibirku, lembuta. Aku tidak membalas ucapannya. Saat ini aku hanya merasakan nikmat yang luar biasa yang belum pernah aku dapatkan dari Andre.


Liburan Panas: Mengitip

Riana dan kekasihnya, Dika, masih terus berdebat perihal ikut atau tidak mereka dalam liburan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Mereka berdua memang bekerja dalam satu perusahaan yang sama. Kebetulan di kantor mereka mengijinkan karyawan untuk menjalin hubungan dengan karyawan lain.

gambar diambil dari www.pinterest.com

“Untuk apa sih ikut-ikutan seperti itu?” kata Riana, yang sejak awal tidak setuju dengan permintaan Dika.

Istriku, Si Primadona Kampung 1



Namaku Hendra, seorang pegawai di kantor desa. Umurku 35 tahun dan sudah menikah, tetapi belum memiliki buah hati. Istriku berumur 5 tahun lebih mudah dariku. Namanya Retno. Istriku memiliki wajah yang cantik dan tubuh sintal yang aduhai.

Tentu saja dengan tubuh seperti itu, banyak lelaki yang tergoda. Sudah sering aku mendapati pemandangan seperti itu. Contohnya saja Pak Kades, yang sering kudapati memandangi bongkahan pantat Retno sehabis menyuguhkan teh di meja. Juga Pak Jun, tukang ronda di desa yang gemar menatap diam-diam payudara montok istriku. Dan, tentu masih banyak lagi yang lainnya.

Minggu, 20 Desember 2015

Menikmati Keperjakaan Pembantu Suamiku


Sungguh aku tidak menyangka bahwa perselingkuhanku dengan Mas Budi, yang menurutku sudah tak tercium oleh siapapun, ternyata malah membawaku pada sebuah masalah. Diam-diam ada seseorang yang mengetahui bahwa aku telah melakukan perselingkuhan dengan laki-laki lain. Parahnya orang itu adalah orang dekat suamiku. Benar. Orang itu adalah Arif.
Beginilah cerita mulanya.
***

“Selamat malam.”

Sebuah sms tiba-tiba masuk. Aku melihat pengirimnya ternyata adalah nomor baru. Karena aku termasuk orang yang tak suka meladeni bila ada telepon atau pesan dari nomor baru, maka aku abaikan pesan tersebut. Namun, beberapa hari kemudian nomor itu kembali mengirim pesan. Tetap saja tak kuladeni.

“Kenapa tidak membalas pesanku?”

Lagi-lagi aku tak mengacuhkannya. Namun, dia tetap tak mau menyerah. Kini pesan darinya membuatku sangat terkejut.

“Oke kalau tidak mau membalas. Tapi ini soal kamu dan tukang kayu itu.”

Sabtu, 19 Desember 2015

Bor Listrik Mas Budi


Sudah sejak lama aku mengangumi sosok mas Budi. Baru-baru ini Bu Ami, wanita yang sering membantuku di rumah, menceritakan tentang mas Budi. Dia bercerita padaku bahwa suatu petang (tapi belum terlalu gelap) dia berjalan ke belakang rumah untuk mengambil sesuatu. Tetapi, saat matanya menatap ke arah kamar mandi, dia dibuat terkejut dengan siapa yang berdiri di sana: mas Budi tengah memperbaiki handuknya dan posisinya menghadap ke arah Bu Ami. Tak ayal Bu Ami pun bisa melihat kemaluan milik mas Budi meski cuma sebentar.

“Duh, bu. Saya benar-benar kaget waktu itu,” katanya saat bercerita padaku. “Kontolnya gede banget, bu. Belum berdiri aja udah seperti itu. Apalagi pas tegang, bu.”

Aku jadi malu sendiri saat Bu Ami menceritakan itu. Yang terbayang olehku adalah kontol mas Tono, suamiku, yang selama ini, jujur, tak pernah memuaskanku.

Jumat, 18 Desember 2015

Tiga Perseligkuhan Istriku: Si Tentara



Mungkin aku adalah salah satu laki-laki bodoh yang ada di dunia. Mengapa aku berkata demikian? Sebab meski beberapa kali istriku mengkhianatiku, aku masih tetap saja tak bisa pergi darinya. Bagi orang yang menjunjung tinggi apa itu yang disebut ‘cinta’, mungkin aku layak untuk disebut ‘pecinta sejati’. Namun, bagi orang lain mungkin aku hanya laki-laki bodoh yang terlalu mencintai seorang wanita. Bahkan, ketika diselingkuhi pun aku hanya diam saja. Bodoh, bukan?

Tapi, biarlah orang berpendapat apapun mengenai diriku. Aku memang benar-benar masih mencintai istriku. Dan, cerita ini adalah tentang bagaimana terjadinya perselingkuhan yang kumaksud. Perselingkuhan yang dilakukan oleh istriku dengan tiga laki-laki (tidak sekaligus tentunya).

***
Cerita ini berawal dari seorang teman lama yang tiba-tiba datang padaku. Sebut saja namanya Aldi. Dia adalah teman semasa kuliah di Bandung dulu. Dia tiba-tiba menghubungiku dan berkata ingin bertemu karena ada hal penting yang harus dia ceritakan padaku. Maka, kami pun duduk dalam satu meja di sebuah cafe dekat rumahku.

Tiga Perselingkuhan Istriku: Mertua Perkasa


Berawal dari malam Minggu yang sepi di rumahku. Aku duduk di depan televisi sambil menikmati secangkir kopi susu buatan istriku. Di depanku, televisi sedang menayangkan berita tentang korupsi di salah satu kementrian. Hmmm...korupsi lagi, korupsi lagi. Tapi, tetap saja hal itu menarik untuk ditonton. Melihat para koruptor yang cengar-cengir tanpa dosa di depan kamera.

Saat sedang asyik menikmati tayangan yang ada, tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Siapa pula yang datang bertamu di malam Minggu? Aku pun beranjak dari kursi dan melangkah menuju pintu. Ketika kubuka pintunya, seseorang berdiri dan mengejutkanku.

“Ayah?” kataku tidak percaya sebab melihat ayahku berdiri di depanku.

“Halo, Tio.” Jawab sambil langung memelukku. Kami pun berpelukan saling melepas rindu.